Fimela.com, Jakarta Kamu pasti tahu, Gereja Katedral, gereja yang arsitekturnya bergaya gotik, di Jalan Katedral No 2, Jakarta Pusat. Letaknya yang tidak berjauhan dengan Masjid Istiqlal ini seakan menjadi simbol kerukunan antar agama. Melihat dari gaya arsitekturnya, kamu bisa tahu kalau gereja ini adalah peninggalan Belanda. Hingga sekarang gereja ini masih berdiri kokoh dan gagah.
Ternyata, bukan hanya Katedral, gereja tua yang masih berdiri tegak dengan anggunnya. Tapi, masih ada beberapa gereja tua di Jakarta. Dengan sejarah yang tidak akan pernah terhapus, serta kisah dan keindahan arsitekturnya, kelima gereja ini patut kamu kenali dan resapi keberadaannya.
Gereja Tugu. Ketika kamu menapaki kaki di depan pintu gerbang, nuansa Eropa dengan pintu bangunan dan jendela yang khas langsung terasa. Gereja Tugu, yang dibuat 1676-1678, merupakan peninggalan Portugis. Yang membangun pun adalah orang Portugis.
Gereja yang luasnya mencapai 1,5 hektar ini memiliki sejarah yang panjang. Beberapa kali mengalami renovasi karena kerusakan dan juga hancur. Gereja yang memiliki makam Portugis pada halaman depan ini diresmikan 1748 oleh seorang pendeta, JM Mohr.
Gereja Sion. Bertembok putih, beratapkan genteng merah, Gereja Sion berdiri kokoh dengan nuansa Belanda yang khas. Pintu depan yang besar. Jendela pun lebar. Gereja yang terletak di Jl Pangeran Jayakarta ini memiliki 11 makam kuno yang ditandai dengan nisan khas Belanda. Gereja ini tadinya dibangun untuk tempat ibadah para tawanan Portugis yang dibawa dari Malaya dan India. Makanya, nama lain gereja ini adalah Portugeesche Buitenkerk yang artinya gereja Portugis di luar kota.
Gereja Ayam. Mungkin kamu bertanya-tanya kenapa namanya Gereja Ayam. Jawabannya sederhana. Karena di atas atap gereja, terdapat sebuah arah mata angin yang berbentuk ayam. Gereja peninggalan kolonial Belanda ini terletak di dearah Pasar Baru, Jakarta Pusat. Kamu bisa menikmati suasana gereja yang dibangun antara tahun 1913 dan 1915 oleh Ed Cuypers dan Hulswit. Perpaduan arsitektur Italia dan Portugis akan membuatmu terasa kembali ke masa lalu.
Gereja Immanuel. Kamu mungkin sering lewat Gambir ketika berolahraga di Monas pada Minggu pagi. Nah, di seberang Stasiun Gambir, ada sebuah gereja tua. Gereja Immanuel namanya. Gereja peninggalan Belanda ini memiliki pilar yang sangata besar. Pilar raksasanya semakin memperkokoh dan menambah kesan gagahnya bangunan. Dibangun tahun 1845 dan selesai empat tahun kemudian, gereja ini bukan hanya bersejarah, tapi juga indah untuk diminikmati saat memandanginya. Bayangkan, serambi pada bagian utara dan selatan melingkar, mengukuti bentuk bangunan gereja.
Gereja Santa Maria de Fatima. Satu lagi gereja bersejarah di Jakarta. Kalau keempat gereja di atas bergaya Eropa, Gereja Santa Maria de Fatima justru bergaya eriental. Bangunannya mirip dengan arsitektur rumah Cina, khas Fukien. Memang awalnya gereja ini adalah rumah seorang Tionghoa. Lalu tahun 1950 dibeli oleh seorang pastur dan menjadikannya sebuah gereja. Dulu, gereja ini dibuat untuk menyebarkan agama Katolik kepada orang-orang Hoakiau, atau Cina Perantauan. Uniknya, gereja ini juga memiliki asrama dan sebuah sekolah. Misa yang diberikan gereja ini pun menggunakan dua bahasa; Indonesia dan Mandarin, pada waktu yang berbeda.
Nah, itu dia kelima gereja tertua di Jakarta. Bukan hanya sejarahnya yang penting, tapi keindahan bangunannya pun wajib kamu resapi. Kentalnya nuansa kuno ternyata bukan hanya dimiliki Gereja Katedral. Pokoknya, kamu wajib untuk datang berkunjung keempat gereja tua di Jakarta ini.
Baca juga: Tengok Sejarah Gereja Katedral, Tempat Chelsea Olivia Menikah