Selain Salim Kancil, 4 Aktivis Ini Juga Alami Tragedi Pilu

Karla Farhana diperbarui 30 Sep 2015, 08:40 WIB

Fimela.com, Jakarta Salim Kancil, aktivis tambang yang disiksa secara sadis, menghembuskan napasnya Sabtu (29/9) lalu. Ternyata kronologi pembunuhan terhadap Salim sudah terbongkar. Melalui investigasi yang dilakukan Tim Advokasi Tolak Tambang Pasir Lumajang, diketahui Salim tewas setelah disiksa. Tim Advokasi yang terdiri dari Laskar Hijau, Walhi Jawa Timur, Kontras Surbaya, dan LBH Disabilitas, melaporkan bahwa ada sekitar 40 preman yang menyerbu rumahnya pada hari itu. 

Saat itu juga aktivis tambang ini langsung diikat dengan tali yang sudah disiapkan. Setelah itu, para preman menyeret Salim menuju Balai Desa Selok Awar-Awar yang jaraknya mencapai 2 km dari rumahnya. Di balai desa, para preman ini kemudian menyiksanya dengan berbagai cara. Akhirnya, mereka menyeret Salim ke tempat lain yang sepi dan kembali menyiksanya hingga tewas

Ternyata, bukan hanya Salim yang memperjuangkan haknya hingga napas terakhir. Tapi juga ada beberapa aktivis lain yang mengalami kejadian yang sama.

Jopi Peranginangin. Mantan aktivis Partai Rakyat Demokratik merupakan korban pembunuhan. Nyawanya tidak bisa diselamatkan setelah ditusuk benda tajam pada punggungnya di Venue Club, Kemang, Jakarta Selatan, bulan Mei lalu. Jopi yang merupakan aktivis lingkungan ini kerap menuliskan ide-idenya pada sebuah situ pribadi. Masalah tata alam yang semrawut menggerakkan hatinya untuk ikut membenahi dan menyorot program-program pemerintah tentang lingkungan dan hutan.  

Munir Said Thalib. Dalam pesawat jurusan ke Amsterdam, Belanda, Munir yang merupakan aktivis HAM Indonesia, meninggal pada tahun 2004. Munir sempat menjabat sebagai Dewan Kontras. Pada saat itulah, dia memperjuangkan nama-nama orang yang hilang dan diculik. Alasan dibunuhnya Munir hingga kini masih simpang siur. Istrinya, Suciwati, bersama aktivis HAM lainnya masih terus memperjuangkan dan menyelidiki kasus kematian Munir sampai sekarang. 

Marsinah. Marsinah, yang meninggal pada usia 24 tahun, merupakan seorang aktivis sekaligus buruh PT. Catur Putra Surya, yang berlokasi di Porong, Sidoarjo, Jawa Timur. Marsinah selama masa hidupnya memperjuangkan hak-hak buruh dan kerap ikut unjuk rasa. Pejuang para buruh pabrik ini tewas dan ditemukan di tengah hutan dengan tanda bekas penyiksaan berat. Kasus ini kemudian dicatat Organisasi Buruh Internasional (ILO), yang dikenal dengan kasus 1773. Marsinah di tahun yang sama juga medapatkan penghargaan Yap Thiam Hien. 

Theys Hiyo Eluay. Mungkin tidak banyak orang yang tahu tentang perjuangan pria kelahiran Jayapura, tahun 1937 ini. Theys merupakan seorang aktivis Papua Merdeka yang dibunuh setelah diculik terlebih dahulu, pada tahun 2001. Jenazahnya ditemukan di dalam mobilnya di dearah Jayapura. Penyelidik Jenderal I Made Mangku Pastika melaporkan, tewasnya Theys ini karena dibunuh oleh lembaga pemerintahan. 

Keempat aktivis di atas bukan hanya memperjuangkan haknya, tapi juga orang-orang yang berada di sekitar. Orang-orang yang bernasib sama. Di mana kepemilikannya dirampas. Kebebasan dan kewenangannya dicabt secara paksa. Perjuangan mereka sudah sepatutnya dilanjutkan. Sambil terus mengenang dan mengulang nama-namanya dalam benak. Setelah Salim Kancil, semoga tidak ada lagi korban bernasib sama. 

Baca juga: Kisah Tragis Alba Núñez Vargas, Jurnalis Colombia yang Terbunuh

What's On Fimela