Eksklusif, Luapan Emosi dan Energi Anggy Umbara untuk Film

Regina Novanda diperbarui 29 Sep 2015, 08:00 WIB

Fimela.com, Jakarta Sejak kecil, Anggy Umbara sudah jatuh cinta pada film. Tumbuh dan berkembang di teater ternyata memberikan keuntungan tersendiri bagi Anggy. Ia dapat dengan leluasa meluapkan semua emosinya lewat akting. Tak sampai di situ, di usianya yang masih terbilang muda, Anggy sudah menyumbangkan banyak energinya untuk menduduki bangku sutradara.

***

Kemampuan menyutradarai pertama kali Anggy tunjukkan di video klip band Leto. Tak lama berselang, Anggy mendapat kehormatan untuk menggarap sebuah film bergenre drama berjudul Mama Cake. Namun sayang, film tersebut tak meraih cukup banyak penonton. Banyak pelajaran yang dapat Anggy ambil dari film Mama Cake. Pria berusia 34 tahun ini mengetahui arti sebuah keikhlasan dan kerendah hatian yang sebenarnya. Roda kehidupan selalu berputar. Setidaknya, hal itu lah yang diyakini oleh Anggy.

Anggy memang tak pernah putus asa. Belajar dari kekurangan Mama Cake, Anggy menghasilkan karya Coboy Junior The Movie dengan raihan penonton 683.604 pada tahun 2013. Saat sebagian besar penonton meninggalkan Film Indonesia, raihan jumlah penonton ini membuat Anggy langsung dikenali sebagai sutradara 'rising star'.

Tak ada kerja keras yang sia-sia, Anggy membaca apa yang dimau penonton Indonesia. Hingga kesabaran Anggy berbuah manis. Hanya berselang dua tahun dari awal debutnya, Anggy sanggup memecahkan rekor box office film Indonesia 2014 dengan film Comic 8. Jumlah penonton yang didapatkan oleh film mencapai angka 1.624.067. Dalam film itu, Anggy memang menggaet komedian legendaris tanah air seperti Indro Warkop.

Anggy menumpahkan semua emosi dan energinya untuk membuat film. Bagaimana kisah luapan emosi dan energi Anggy Umbara untuk film? Ia bercerita kepada Regina Novanda, Puput Puji Lestari dan Andy Masela dari Bintang.com dalam sebuah wawancara dan pemotretan khusus di studio editing miliknya, Kemang, Jakarta Selatan, Jumat (18/9/2015). Inilah petikan selengkapnya.

Kapan Mas Anggy merasakan titik terendah sebagai sutradara? 

Titik terendah gue jadi sutradara yaitu ketika film pertama, Mama Cake. Saat itu, penontonnya cuma sedikit. Tapi gue merasa ada kemenangan di film ini yaitu ceritanya bagus. Apalagi banyak mahasiswa yang dateng dan buat skripsi tentang film ini. Betapa mereka menghargai film itu. Pengalaman di Mama Cake gue jadiin bahan motivasi buat lebih semangat lagi. 

Apa hikmah yang dapat Anggy ambil dari film Mama Cake? 

Belajar lebih ikhlas lagi sih. Kalau film pertama gue sudah meledak, gue yang ada malah sombong, enggak belajar. Jadi lebih bersyukur. 

Lalu, apa yang membuat Anggy semangat lagi?

Yang buat saya semangat lagi yaitu dari tujuannya sih. Emang sudah passion-nya mau kesana (sutradara). Hidupnya juga sudah digarisin kesana. 

Baca Juga: Bakal ada Islamofobia di Indonesia 20 Tahun Mendatang di Film 3

What's On Fimela
2 dari 3 halaman

2. Arti Film untuk Anggy Umbara

Film memiliki arti besar dalam hidup Anggy Umbara. (Fotografer: Andy Masela/Digital Imaging: Denty Ebtaviani/Bintang.com)

Film memiliki arti besar bagi Anggy Umbara. Menurutnya, film adalah sumber luapan energi. Melalui film pula, Anggy dapat mentransfer banyak pesan positif kepada penonton.

Film buat Anggy Umbara itu apa sih?

Film itu energi. Semua energi ada di sana. Karena dalam film banyak banget pemainnya. Nanti, energi dari pemain ditransfer lagi ke penonton.

Kapan jatuh pada film?

Semenjak bisa berbicara. Sudah dari kecil sih suka film. Semua film gue tonton seperti Star Wars, Star Trek.

Susah enggak memulai debut jadi sutradara?

Enggak sih, karena emang pengen aja kesana (sutradara). Mungkin emang sudah jalannya di sini. Sebelumnya kan sudah jadi sutradara video klip. Kenal banyak orang, akhirnya bisa gabung.

Tantangan dari menyutradarai film komedi, drama dan action?

Kalau komedi kan bener-bener momentum ya. Kalau action yang penting itu stamina harus maksimal dan waktu yang dibutuhkan lebih lama. Beda lagi dengan drama, drama itu energi rasa. Kalau rasanya enggak ada, enggak akan maksimal.

Baca Juga: Sutradara 'Comic 8: Casino Kings' Jawab Surat Terbuka Linimasa

Dari semua tahap pembuatan film, mana sih yang paling susah buat Mas Anggy?

Semuanya. Ada tiga tahap dari pre-production, production hingga post production. Semuanya punya kekuatan tersendiri. Soalnya apa yang ditulis saat developing, belum tentu itu terjadi saat syutingnya kan. Saat developing masih excited banget, pas syuting ada kenikmatan tersendiri ketika didepan layar kamera, trus pas sudah editing itu merangkai bagian-bagian kecil kayak lego dan disajikan dalam bentuk 2 jam film.

Fase yang bikin lelah buat film?

Fisik sih pasti lelah. Karena fisik enggak bisa nurutin kemauan otak. Itu hampir selalu terjadi. Kalau capek fisik banyakkan pas di lapangan, harus menahan sabar.

Tantangan dari menyutradarai film komedi, drama dan action?

Kalau komedi kan bener-bener momentum ya. Kalau action yang penting itu stamina harus maksimal dan waktu yang dibutuhkan lebih lama. Beda lagi dengan drama, drama itu energi rasa. Kalau rasanya enggak ada, enggak akan maksimal.

Melihat jumlah penonton film yang sedikit, apa yang sebenarnya terjadi kepada penonton Indonesia?

Krisis kepercayaan sih kepada film Indonesia. Karena mereka terkecewakan selama beberapa dekade belakangan. Kualitas film Indonesia secara umum. Yang berhasil dan memuaskan penonton setiap tahunnya itu enggak pernah sampai 10%. Bisa saja, penonton menaruh harapan besar pada film yang ingin ditontonnya, tapi dia harus kecewa karena premisnya enggak menarik.

Dari kacamata penonton, sedih enggak sih liat keadaan perfilman Indonesia?

Sedih. Pengennya sih penonton bisa suka sama film Indonesia. Sekarang jumlah bioskop cuma 8.000, dulu 13.000. Satu bioskop saja sudah berapa layar kan. Akhirya, menonton film menjadi budaya orang kota-kota besar saja. Sekarang lebih nyari yang simpel, aksesnya bisa via televisi, sudah banyak juga kan FTV. Pemerintah juga kurang men-support itu menjadi budaya di Indonesia lagi.

Menurut Mas Anggy, kebijakan seperti apa yang bisa pemerintah lakukan untuk film Indonesia?

Yang dibutuhkan adalah quality dan quantity. Pemerintah Indonesia harus menjaga quality dari film. Bikin bioskop rakyat. SDM film diberikan pelatihan agar bisa bersaing juga dengan luar, menyutikkan dana untuk buat film yang kemudian bisa diekspor ke luar negeri. Lalu research, apa yang sebenarnya diminati masyarakat Indonesia.

3 dari 3 halaman

3. Projek Baru Anggy Umbara

Setelah Comic 8: Casino Kings, Anggy Umbara memiliki projek film lainnya. (Fotografer: Andy Masela/Digital Imaging: Denty Ebtaviani/Bintang.com)

Setelah Comic 8: Casino Kings, Anggy Umbara akan merilis film 3 pada 1 Oktober mendatang. Tak hanya itu, Anggy juga tengah mengerjakan proyek film adaptasi novel berjudul Bumi Manusia.

Sudah sampai tahap mana pengerjaan film Bumi Manusia?

Sudah dalam tahap developing. Yang pasti, karakter dan ceritanya sama persis kayak novelnya. Belum menentukan juga pemainnya siapa saja.

Ada kesulitan tidak membuat film yang diangkat dari novel?

So far belum ada. Harusnya sih lebih gampang. Tapi enggak juga sih, banyak ekspektasi juga. Novel ini kan banyak yang suka. Kalaupun harus diubah, ya tapi enggak bakal terlalu jauh. Ya, tanggung jawab moral kepada pembaca sih. Ini jadi novel pertama yang gue filmkan, sebelumnya kan original story semua.

Cara Mas Anggy menarik penonton Indonesia di semua kelas?

Cari tema yang menarik, cari premis yang enggak menoton. Setelah itu cari pemain yang punya value. Terakhir, harus di eksekusi dengan baik

Baca Juga: Anggy Umbara: Film Bumi Manusia Masih Tahap Penggodokan Skenario

Susah enggak menggarap film 3?

Enggak. Kita enggak pernah bawanya jadi susah sih. Tapi bawanya dengan semangat, jadi enggak ada kata susah.

Kalau boleh tahu, film 3 terinspirasi darimana?

Dari mimpi, lalu tulis dan langsung jadi film. Karena inspirasi bisa darimana saja kan. Bahkan pernah dapat inspirasi pas lagi buang air besar. Itu buat video klipnya Leto yang Permintaan Hati.

Takut enggak film 3 menimbulkan kontroversi?

Ngapain takut. Ya, dihadapin saja sih. Kalau haters mah cuekkin saja yang penting kita punya tujuan sendiri.

Takut enggak sih sama haters?

Takut sih enggak, cuma kita harus antisipasi juga. Karena enggak semua orang suka dengan karya kita. Jadi persiapkan mental saja.

Seberapa krusial proses casting bagi sutradara?

Kalau castingnya salah, filmnya enggak akan jadi. Feel-nya akan beda. Karakter itu bisa kebentuk dari casting dan directing yang tepat. Jadi gue selalu menerapkan kalau 50% dari directing adalah casting. Chemistry antara pemain dan sutradara harus dapet banget.

Berarti ketika menggarap Comic 8: Casino Kings dengan banyak pemain itu lebih sulit dong?

Itu justru lebih sulit di scheduling. Karena menyatukan jadwal dari banyak pemain sulit. Pendalaman karakter juga enggak dibutuhkan segitunya. Apalagi ini juga genre-nya komedi. Kapok lah. Enggak lagi deh buat waktu dekat.

Lalu, sekarang sudah sampai tahap mana Comic 8: Casino Kings Part 2?

Sudah tahap editing. Enggak terlalu sulit. Karena introducing karakter dan masalah udah di film pertamanya. Yang kedua, tinggal penyelesaian masalah dan finalnya.

Masih optimis enggak jumlah penonton banyak di Comic 8: Casino Kings Part 2?

Optimis sih harus. Pinter-pinternya kita buat product itu bisa memunculkan optimis. Bawaannya akan lebih lucu dan seru dari yang pertama. Tapi semua balik lagi ke psikologis penontonnya, apakah mereka tetap mau nonton atau sudah enggak. Itu yang enggak bisa diprediksi.

Semangat besar dalam diri Anggy Umbara sudah sepatutnya dicontoh oleh para pelaku seni lainnya. Ia selalu mensyukuri segala bentuk karunia Tuhan dengan kreativitas yang dilikinya. Kegagalannya di awal karir, tak pernah membuatnya patah arang. Hal tersebut justru membuatnya semakin berenergi untuk menghasilkan karya terbaik untuk negeri tercinta. Sukses terus Anggy Umbara.

Baca Juga: Pecah! 'Comic 8 : Casino Kings Part 1' Tembus 1 Juta Penonton