Fimela.com, Jakarta Pendiri MD Entertainment, Manoj Punjabi membuktikan keseriusannya menggeluti dunia film akan berbuah manis. Kerja kerasnya membuat MD menjadi 'kerajaan' bisnis perfilman yang sukses di segala lini. Tapi jalan sukses itu tak pernah mudah, jatuh bangun membuat Manoj lebih kuat. Rasa cinta yang besar pada film membuat pria kelahiran 7 Desember 1971 tak bisa berpaling dari mimpi sejak kecilnya untuk menjadi film maker.
Berkali-kali ganti pekerjaan, namun Manoj tak pernah nyaman. Ketika memutuskan untuk bergabung dengan Multivision Plus, Manoj mendapat penolakan. Sejak MD Entertainment didirikan pada 7 Desember 2003, Manoj menyerahkan jiwa raganya untuk membesarkan rumah produksi ini. Sukses pertama yang diraihnya adalah sinetron Cinta Fitri. Setelah sinetron ini booming, rumah produksi lain bermunculan dan mengekor langkah MD Entertaiment.
Tak mau puas dengan MD Entertaiment, Manoj melahirkan MD Pictures yang memproduksi film layar lebar. Film Ayat-Ayat Cinta menjadi bukti suksesnya. Nyaris setiap tahun film yang diproduksinya masuk ke 10 besar box office film Indonesia. Tentu ini bukan pencapaian sembarangan. Ditengah lesunya penonton film Indonesia tahun ini, film Surga yang Tak Dirindukan mendobrak dengan menjadi box office nomer satu tahun ini dengan 1.523.570 penonton.
Yang terbaru, Manoj hadir dengan animasi Adit Sopo Jarwo. MD Entertaimen telah berubah banyak sejak kelahirannya. Kepada Puput Puji Lestari dan Andy Masela, Manoj Punjabi membagi kisah suksesnya. Berikut petikan wawancara dengan Manoj di kantornya 16 September 2015.
Kapan Anda jatuh cinta pada film?
Jatuh cinta dari awal dari 7-8 tahun. Seingat saya sudah obsesi sama film. Kalau saya nonton film kayak dapat kepuasan batin. Anak kecil di usia itu, saya sudah bercita-cita jadi film maker. Saya terobsesi dengan film. Saya suka bikin klipping gambar film dari koran. Kan nggak ada anak lain yang begitu. Jaman dulu nggak seperti jaman sekarang, mau nonton gampang. Dulu nontonnya di laser disc betamax. Ayah saya suka mengkoleksi. James Bond itu saya hobi banget, bisa nonton 50 kali setiap minggu. Sampai umur 7-8 tahun saya mulai cinta film. Mimpi saya membuat film.
Jadi langsung kerja di film?
Nggak, Saya kerja di pabrik Sinar Mas, 3 bulan nggak memenuhi nilai, dikeluarin. Trus masuk ke tekstil dan garmen. Bakat bisnis ada dan berhasil. Saya bukannya nggak sukses tapi nggak merasa ada panggilan disana.
Baca Juga: Dhamoo Punjabi Tegaskan Komedi Moderen Gokil Bukan Film Warkop
Lalu saya minta masuk ke MVP. Saya ditolak nggak boleh buat film. Tapi saya yakinkan kalau saya bisa. Dan dari sana jalan saya membuat film berawal.
Arti film bagi Manoj?
Film is passion. Dedikasi, bagian dari diri saya. Nggak sekedar bisnis only. For me its a legacy. Harus membuat sesuatu lagi tapi membuat yang berbeda.
Film ideal buat Anda?
Titanic, 3 Idiots, James Bond, Slumdog Millionaire, Habibie & Ainun. Film MD itu harus seperti Habibie atau Surga yang Tak Dirindukan, itu saya puas segalanya. Saat penonton sedikit orang berfikir nggak ada yang bisa breaking point. Kalau saya bilang yakin, saya yakin bukan sekedar harus bilang yakin.
Bagaimana Anda bisa menembus box office?
Saya cukup yakin karena problemnya bukan situasi atau penonton, tapi di produk. Saat mengerjakan film Surga yang Tak Dirindukan saya yakin semua bisa. Saya benar-benar mengerahkan diri saya dalam film ini. Saya belajar dari kekurangan Di Bawah Lindungan Ka'bah. Itu bukan sesuatu yang nggak saya tahu. Saat mengerjakan saya sudah tahu kelemahannya. Salahnya saya fokus setengah jalan. Budget terlalu tinggi. Dari sana saya belajar untuk mendapat sukses.
Kapan Anda yakin film Anda bakal sukses?
Kurang lebih di editing saya sudah tahu power film saya. Saya bisa mengetahui film bakal sukses saat dimeja editing.
Produser lain menyalahkan jaringan bioskop karena tidak sukses mendapat penonton. Menurut Anda?
Produk yang disalahkan pertama, lalu bioskop kurang terbuka dengan data. Kalau bioskop transparan saya bisa tahu yang diminati penonton Indonesia seperti apa. Ya belajar aja terus. Saya nggak cemburu kalau Mission Impossible laku, kita justru mau mengalahkan. Saya nggak mau film saya untung satu rugi empat.
Bagaimana Anda memandang festival film?
Saya nggak pernah kejar festival. Saya melayani dan memuaskan keinginn masyarakat. Bagi saya festival itu bonus, tapi tidak pernah jadi tujuan. Saya berterimakasih, itu bikin saya jadi semangat. Tapi dewa saya penonton dan pemirsa.
What's On Fimela
powered by
Transformasi MD Entertaiment dari Sinetron, Film, ke Animasi
MD telah sukses menjadi PH nomer satu, Anda puas?
Kalau saya lihat MD satu-satunya PH yang sukses di sinetron, film, dan sekarang animasi. Adit Sopo Jarwo adalah Cinta Fitri di sinetron, Habibie Ainun-nya film. Ini adalah passion. Saya masih punya mimpi besar untuk MD. Saya melihat MD Pictures akan jadi besar dengan mempersiapkan infrastuktur. Kelak MD akan jadi distributor dan melahirkan banyak produser lain.
Anda jadi pioner animasi di Indonesia?
Saya nggak mau pusing orang ngomong apa, saya belajar banyak. Saya bikin sinetron laku duit datang, saya bikin film laku duit datang, tapi saya bikin animasi laku duit nggak datang. Sampai sekarang saya masih subsidi. Saya nggak menyerah, meskipun pemerintah nggak mendukung.
Kapan Anda mulai tertarik animasi?
Saya sudah lama pengin bikin. Sudah 4-5 tahun lalu saya tahu saya akan memulai animasi. Tapi saya belum bertemu tim yang tepat. Begitu saya bertemu dengan tim akhirnya jadi kan Adit Sopo Jarwo. Saya sangat involve di kreatifnya. Saya ikut ngasih ide.
Bedanya bikin animasi dengan yang lain?
Film, sinetron dan animasi itu beda banget. Treatment-nya beda. Tapi kita tetap jualan emotion. Deal sama TV tidak didukung sama pemerintah, sudah sukses saya masih subsidi subsidi subsidi terus. Untuk membuat satu menit animasi itu biayanya 30 kali lipat dibanding membuat satu menit tayangan sinetron. Lebih mungkin.
Wow, susah ya?
Semua susah dan rumit. Tapi saya terus berusaha, saya yakin bisa menemukan formulanya agar untung.
Mengerjakan animasi untuk anak, idenya berbeda?
Kita ke point of view penonton. Main psikologis. Setiap orang punya sisi anak-anak. Karena yang nonton anak-anak harus berfikir dengan pola pikir anak-anak.
Baca Juga: Film Surga yang Tak Dirindukan Bakal Ada Sekuelnya
Gemes nggak dengan banyaknya animasi dari luar? Peluang besar tapi di Indonesia belum tergarap
Itu saya gemes. Kenapa kita nggak didukung sama pemerintah. Kalau pemerintah support ini karya anak bangsa, nggak ada satupun orang luar. Kalau karakter Adit di hire oleh pemerintah untuk progam CSR misalnya, akan ada win-win solution.
Meskipun terus mensubsidi, masih tetap yakin?
Saya masih mencari formulanya. Saya tarik tim di kantor ini supaya saya lebih in-charge di animasi. Saya akan fight sampai animasi ini berhasil. Saya nggak pernah setengah-setengah.
Apa tips membujuk penonton?
Saya membuktikan kepada penonton karena produk saya dulu. Saya terbuka kepada penonton, saya tahu dan mengerti apa yang mereka mau. Karena saya tahu cara saya mengetuk hati penonton tapi tetap dengan style saya. Istilahnya, untuk Indonesia makan lauknya apa saja tapi nasi harus tetap ada. Baru sesekali burger.
Kesuksesan Anda didukung tim yang kuat?
Ya, team work yang kuat, insting. Saya cari pemain untuk film. Bukan film untuk pemain. Cerita dan karakter lebih penting.
Anda masih intens nyari cerita sendiri?
Ya saya masih mencari cerita. Ada tim sendiri yang mencari tapi tetap supervisi saya sendiri. Pembaca novel pasti sudah menjadi pertimbangan sendiri. Novel harus best seller, sajiannya lebih menarik.
Pribadi Pandang Menyerah
Siapakah Manoj?
Siapa saya orang lain lebih gampang melihatnya. Orang bisa kaget saya sangat disiplin. Saya sangat passion kalau saya suka sesuatu saya bakal gila. Nggak bakal di tengah, saya orangnya sangat ekstrimis.
Hobi yang ekstrem dilakukan?
Nonton, nonton, nonton, setelah itu makan dan koleksi wine. Saya bisa travelling untuk mencari restoran yang ingin saya kunjungi. Wine sesekali untuk menikmati hidup.
Kenapa suka makan di restoran tertentu?
No free lunch, nggak ada yang gratis. Saya kalau sudah suka dengan menu restoran tertentu akan saya kejar. Setelah makan saya harus olahraga untuk membuang racun. Ini yang menginspirasi saya. Mau sukses harus usaha mati-matian. Itupun belum tentu sukses juga, kalau bekerja sampai mati pasti sukses.
Sering membuat film romantis, apakah Anda romantis?
Saya cukup romantis, empat tahun menunggu istri saya. Saya ngejar terus. Dianya kapok, merasa saya tidak akan menyerah. Jadi istri saya awalnya mikir pakai logika dulu. Dia sangat intelek dan mikir apa yang baik. Akhirnya dia tahu saya serius.
Sering membuat kejutan?
Banyak kejutan yang saya lakukan, saya bingung kalau harus memilih mana yang terbaik. Saya pernah menyusul ke Sydney tanpa sepengetahuan dia lalu memberi kejutan disana. Itu mungkin kejutan terindah.
Baca Juga: Film Habibie & Ainun Akan Dibuatkan Sekuelnya?
Bagaimana menyiapkan masa depan anak?
Bagi saya, saya percaya anak. Saya tidak mungkin memberi sesuatu yang bukan untuk mereka tonton. Dan itu penting sekali. Saya pengin tanya banget mereka pengin apa. Tapi saya nggak mau nanya. Karena saya nggak mau brain wash maunya mereka apa.
Kenapa nggak diajak ke dunia film?
Nggak untuk anak saya, karena dunia film ini sadis. Kalau nggak punya passion mending nggak usah. Ini bukan dunia yang bisa dikerjakan dengan suka. Kalau nggak cinta nggak bakal bisa bertahan. Kesabaran, ketidaksabaran, rumit, kemauan, fighting, enggak fitghing semua harus dilakukan diwaktu yang tepat. Saya dibilang nggak boleh tapi saya balik lagi karena ini passion. Bisnis ini kalau terluka bisa sakit banget. Bagi saya bikin gedung dan membuat film lebih susah bikin film. Kalau bikin film laku itu saya butuh 20 tahun.
Kesuksesan memang tak pernah datang dengan mudah. Manoj Punjabi telah membuktikannya. Di tangannya MD Entertaiment telah menaungi banyak tenaga kreatif untuk memberi tontonan terbaik bagi Indonesia. Mendewakan penonton dan pemirsa, tentu Manoj tak ingin mengecewakan Anda yang melihat karyanya baik lewat layar kaca maupun layar lebar.