Fimela.com, Jakarta Morning! Bintang.com pagi ini punya informasi menarik buat kamu, terutama yang dari suku Jawa. Ternyata ada 5 negara di dunia yang masih menggunakan bahasa Jawa sebagai bahasa percakapan sehari-hari. Wow! Kece, kan? Jadi kamu gak perlu repot melatih bahasa asing kamu kalau mau ke beberapa negara ini. Negara mana sajakah itu? Simak rangkuman Bintang.com berikut. Let's go.
#Republik Suriname. Dulunya wilayah ini bernama Guyana Belanda alias bekas jajahan orang-orang 'Holland'. Penduduk di sini 70 persen berasal dari suku Jawa yang sudah hijrah dari Indonesia pada 1890-1939. Mereka dibawa oleh penjajah dan akhirnya menetap. Sehari-hari mereka memakai bahasa Jawa persis kayak kamu. Keren, kan.
#Singapura. Hah? Pasti kamu bengong kenapa bahasa Jawa sampai ke Singapura. Gak usah heran, pada 1825-1965 orang suku Jawa khususnya Jawa Tengah dipekerjakan di Negeri Singa ini. Bahkan di tepi Sungai Rochor ada permukiman yang disebut Kampung Jawa karena mereka memang orang-orang Jawa pertama yang ke sana. Dan yang satu ini pasti bikin kamu terkejut. Ternyata bapak pendiri Singapura Lee Kuan Yew, berdarah Semarang. Wih!
#Malaysia. Orang Jawa juga banyak di Malaysia. Terutama di Selangor yang meliputi wilayah Kelang, Sepang, Tanjung Karang, Sabak Bernam, Banting, dan Kuala Selangor. Para orang tuanya kadang-kadang masih berbahasa Jawa. Meski demikian anak mudanya sudah tak banyak yang mengetahui bahasa Jawa sebab mereka tak terlalu melestarikan budaya nenek moyangnya.
#Belanda. Zaman penjajahan Belanda, kompeni mengirim para orang Jawa untuk menjadi budak di Negeri Kincir Angin itu. Para pekerja Jawa ini akhirnya berkeluarga di sana bahkan ada yang menikah dengan orang lokal. Bahasa Jawa merupakan bahasa asing paling diminati di Belanda. Di sana mereka tak malu melatih kosa kata Jawanya. Gak heran kalau kamu ke Belanda ada saja bule yang bilang 'monggo', 'kulo', atau 'panjenengan'. Hihihi.
#Kaledonia Baru. Ini negara yang ada di selatan Samudera Pasifik. Negara ini awalnya juga banyak dihuni orang Jawa yang menjadi kuli kontrak di sana. Proses perpindahan orang Jawa ke Kaledonia Baru hampir sama dengan ke Suriname. Namun terhenti pada 1949. Komunikasi dengan bahasa Jawa masih digunakan oleh para orang tua. Tapi anak-anak mudanya malah lebih paham bahasa Prancis.