Fimela.com, Jakarta Setelah berhijab, Dewi Sandra beberapa kali dipanggil ustazah. Kesan tersebut melekat karena beberapa kali Dewi berperan sebagai wanita yang teguh dan berpegang erat pada pedoman agama. Namun, Dewi keberatan dipanggil ustazah.
Wanita kelahiran Rio de Janeiro, Brasil ini sering terlihat berada dalam pengajian-pengajian dan menjadi narasumber keagamaan. Namun, Dewi Sandra mengaku enggan jika dirinya dikatakan sebagai Ustazah lantaran masih memiliki ilmu agama yang masih sangat sedikit.
“Wah, jauh banget (disebut Ustazah). Buat aku pribadi sampai kapanpun aku selalu menjadi murid, karena I love be student,” ujar Dewi Sandra ditemui Bintang.com di Masjid Bintaro Raya, Tangerang Selatan, Senin (14/9/2015).
Meskipun demikian, pelantun single Ku Akui ini tetap menganggap pekerjaannya kini memiliki visi dan misi untuk syiar agama. Terlebih, dari tawaran-tawaran film yang berdatangan kepadanya pun selalu dilihatnya adakah pesan yang baik untuk masyarakat jika dirinya menyetujui film yang akan dibintanginya.
Baca Juga: Main Film Air Mata Surga, Dewi Sandra Belajar Keikhlasan
“Biasanya kan film itu sekedar komersil aja. Itu yang tidak saya inginkan. Saya lihat dulu pesan yang baik di film itu, kalau untuk syiar dengan baik saya baru mau,” tambahnya.
Bagi Dewi, bermain film layar lebar maupun sinetron tidak sekedar untuk tujuan komersil saja. Dengan anggapan jika film tidak cuma komersil namun terdapat syiar pesan yang jelas ke masyarakat, ia tidak memiliki beban dalam berakting dan bisa menunjukan kualitas akting dengan baik pula. “Saya bisa jadi menjaga kualitas kalau tujuan film itu enggak cuma untuk komersial saja. Pesannya harus jelas,” terang Dewi Sandra.
Seperti film-film yang sebelumnya, Dewi Sandra memilih film yang dianggapnya memiliki pesan yang berbobot untuk bisa melakukan syiar agama dan pesan dalam film benar-benar sampai ke penonton. Hal ini dilakukannya semenjak ia memutuskan berhijrah (berhijab) beberapa tahun lalu. Film-film yang dibintanginya seperti 99 Cahaya di Langit Eropa kemudian sinetron berjudul Catatan Hati Seorang Istri adalah diakuinya sebagai contoh salah satu film yang pesan positifnya sangat jelas ketika harus dipertontonkan kepada masyarakat luas.