Eksklusif, Eriska Rein Bicara Soal Film Terberat dan Laura Basuki

Henry Hens diperbarui 15 Sep 2015, 08:00 WIB

Fimela.com, Jakarta Usia Eriska Rein baru menginjak 21 di tahun ini. Meski begitu sepak terjang wanita cantik berwajah oriental ini di dunia hiburan sudah cukup panjang. Aktris yang akrab disapa Ika ini sempat merasakan capeknya syuting dari pagi hingga malam.

Selain itu, Eriska Rein juga dalam meniti karier harus rela menggunakan angkutan umum ke tempat casting. Namun, setiap kesulitan dan perjuangan, biasanya membuahkan hasil yang manis seperti dialami oleh Eriska Rein.

Mengawali karier sebagai model majalah remaja pada 2008, sebagai aktris, sulung dari empat bersaudara pasangan Agus Kurniawan-Rinaesih sukses membintangi berbagai film, iklan, dan sinetron. Pemilik nama lengkap Eriska Reinisa ini mengawali kariernya dengan bermain FTV yang disutradarai oleh Rudi Soedjarwo dan digagas oleh sebuah produk sampo.

Rupanya keterlibatannya di FTV ini tidak serta merta memuluskan jalannya. Setelah proyek FTV ini. selesai, Eriska harus ikut berbagai audisi atau kasting. Dari banyak sesi kasting yang dia ikuti banyak yang gagal. Tapi, pada akhirnya Eriska menemukan juga keberuntungannya di dunia seni peran ini. Setelah itu Eriska tampil di sinetron Cinta Cenat Cenut yang dibintangi para personil boyband SM*SH di tahun 2011.

Baca Juga: Isi Puasa, Eriska Rein Tetap Syuting '3 Semprul Mengejar Surga'

Eriska kembali bermain di Cinta Cenat Cenut 2 dan 3. Yang terbaru, Eriska bermain di sinetron 3 Semprul Mengejar Surga 3 yang tayang di SCTV. Sedangkan di dunia film, Eriska pertama kali berakting lewat Negeri 5 Menara (2012). Setelah itu ia bermain di film Bidadari-Bidadari Surga, Cinta Brontosaurus, Manusia Setengah Salmon, Aku Cinta Kamu, Bajaj Bajuri The Movie, Aku, Kau & KUA, Kukejar Cinta ke Negeri China dan Gangster (2015).

Film-film yang dibintanginya termasuk sukses dan mendapat banyak pujian. Ika juga pernah mendapat penghargaan sebagai Pemeran Pendamping Paling Ngetop di ajang SCTV Awards 2013. Usai bermain di film bergenre drama dan komedi, Eriska Rein tampil di film Gangster yang bergenre eksyen-komedi dan banyak menampilkan adegan fighting. Ini merupakan pengalaman pertama Ika bermain di film eksyen.

Walaupun mengaku senang, ada sesuatu yang membuat istri dari Mithu Nisar ini kurang puas bermain di Gangster. Apa yang membuatnya kurang puas? Lalu siapa artis yang menjadi idolanya bukan hanya dalam karier tapi juga dalam kehidupan pribadi? Kepada Henry dan Febio Hernanto dari Bintang.com, Eriska Rein menceritakan semuanya saat ditemui di kantor redaksi Bintang.com, SCTV Tower, Jumat (4/9/2015). Inilah petikan wawancaranya.

2 dari 3 halaman

1

Masih penasaran beradegan laga setelah berakting drama di film Gangster yang bergenre eksyen. (Febio Hernanto/Bintang.com)

Bisa cerita pengalaman pertama kali di dunia peran?

Sebenarnya, sejak kecil dunia hiburan sudah menjadi impianku. Tapi, pertama kali aku mulai perdalam dunia peran waktu SMP. Waktu SMP aku ikut ekskul teater, kebetulan aku juga jadi ketua teater waktu itu. Aku mulai banyak belajar waktu SMP. Setelah itu aku ikut pemilihan model majalah remaja dan berhasil jadi juara satu. Nah, setelah itu aku baru mulai dapat banyak job pemotretan dan iklan. Aku juga ikut bermain di FTV yang disponsori produk shampoo dan dari situ mendapat pengalaman berakting.

Belajar akting dari mana atau lewat siapa?

Aku nggak belajar dari orang atau tempat tertentu, bisa dibilang otodidak belajarnya. Awalnya memang sempat kaku dan ragu gimana cara berakting. Cuma ya itu, aku percaya diri aja dan seiring waktu aku belajar dari pengalaman. Kalo nggak dicoba kita kan gak akan pernah tahu gimana nantinya.

Bagaimana dengan film terbaru Eriska, Gangster, yang bergenre eksyen-komedi?

Aku senang main di Gangster karena baru kali ini tampil di film bergenre eksyen. Ini juga ketiga kalinya aku disutradarai mas Fajar Nugros. Sebelumnya di Cinta Brontosaurus dan Bajaj Bajuri The Movie. Peran aku sebagai Tari, teman masa kecil Jamroni yang diperankan Hamish Daud. Peran aku memang nggak banyak dan hanya muncul di beberapa scene. Tapi karakternya cukup penting karena diingat terus sama Jamroni dari awal sampai akhir film.

Apa benar kamu sempat merasa kecewa bermain di Gangster? Apa karena hanya tampil sebentar?

Memang sih sempat kecewa, tapi bukan karena itu. Gangster ini kan termasuk film eksyen, tapi aku nggak kebagian adegan eksyen atau fighting. Ternyata aku harus berakting drama lagi, hehehe. Tapi aku tetap hepi dan senang karena suka sama filmnya, ceritanya bagus, menghibur dan pemainnya juga bagus-bagus dan banyak yang sudah senior. Ada kang Yayan Ruhian, Agus Kuncoro, Dwi Sasono, Dian Sastro, Dominique Sanda, dan masih banyak lagi. Aku senang banget bisa ketemu orang-orang yang baru dan ahli di bidangnya. Syutingnya juga seru dan berkesan.

Baca Juga: Eriska Rein Sempat 'Patah Hati' Terima Tawaran Film Gangster

Apa yang paling berkesan selama syuting?

Yang paling berkesan, ada adegan kepala aku dipatahin sama Bimo (Ganindra Bimo). Orangnya baik dan enak diajak kerjasama. Sebelum take, Bimo ngasih saran gimana sebaiknya gerakan yang harus aku jalanin. Pas mau take, ada kru yang bilang pas adegan aku jatuh ke tanah nggak dikasih alas matras. Ternyata dia cuma becanda, tetap ada matras lah kalau nggak badan aku bisa luka-luka, hahaha. Pas syuting di Merapi juga seru karena kita mesti ke puncak gunung naik mobil. Banyak debu dan cuacanya panas tapi seru sih. Waktu itu syutingnya pas bulan puasa dan kita buka puasa bareng di lokasi syuting.

Peran apa lagi yang ingin dimainkan?

Masih pengin main film eksyen. Tapi harus kebagian adegan eksyen atau fighting, bukan drama lagi kayak di Gangster, hehehe. Rencananya kan film Gangster mau ada sekuelnya, mudah-mudahan aku bisa main lagi dan bisa kebagian adegan eksyen.

Apa proyek selanjutnya? Film atau sinetron?

Yang terbaru film Sebuah Lagu Untuk Tuhan. Ini filmnya drama banget. Aku main sama Stefan William dan bunda Dewi Yull. Perannya termasuk berat. Aku berperan sebagai Angel, dia sudah nggak punya ayah, penyandang tuna rungu yang terkena kanker, pokoknya bebannya banyak banget. Lalu ada adegan aku harus berkepala plontos alias botak. Dia berjuang melawan penyakitnya dengan dorongan ibunya dan hidupnya mulai berubah sejak bertemu sama seorang pemusik. Ini peran terberat yang pernah aku jalani.

3 dari 3 halaman

2

Setelah menikah, Eriska Rein jadi lebih selektif memilih peran. (Febio Hernanto/Bintang.com)

Apa saja persiapan yang dilakukan? Apa benar-benar mencukur habis rambut sampai botak?

Sebelum syuting aku belajar bahasa isyarat. Selain ada guru khusus, aku juga banyak belajar dari bunda Dewi. Ini pertama kali kita kerjasama tapi kita bisa nyambung. Dia banyak membantu aku belajar bahasa isyarat dan bagaimana jadi anak tuna rungu. Persiapannya sampai sekitar sebulan dan yang cukup lama ya belajar bahasa isyarat. Sampai sekarang aku masih ingat beberapa bahasa isyarat. Kalau untuk rambut karena berbagai pertimbangan aku nggak jadi membotaki rambut. Jadi pakai alat penutup rambut supaya kelihatan botak.

Siapa artis idola kamu?

Aktor idola ada banyak. Kalo aktor luar negeri, aku suka Adam Sandler, Jennifer Lawrence, Shailene Woodley sama Bradley Cooper. Kalau aktor Indonesia, aku suka Laura Basuki, Dian Sastro dan Prisia Nasution. Tapi paling ngefans sama Laura Basuki.

Apa yang membuat kamu sangat mengidolakan Laura Basuki?

Aku suka waktu lihat aktingnya di film 3 Hati 2 Dunia 1 Cinta. Aku suka aktingnya yang natural dan orangnya juga cantik banget. Sejak itu aku selalu nonton film-filmnya Laura dan juga mengikuti berita tentang kehidupan pribadinya. Aku belum pernah ketemu atau ngobrol langsung sama orangnya, tapi setahu aku orangnya ramah, nggak neko-neko, sepi dari gosip, rumah tangganya juga nggak pernah kena gosip negatif. Pokoknya, menurut aku, dia salah satu artis wanita yang patut dicontoh dan jadi panutan.

Baca Juga: Eriska Rein Tampil Botak Demi 'Sebuah Lagu untuk Tuhan'

Selama bermain film, siapa lawan main yang paling berkesan?

Semua lawan main selalu berkesan. Sama Hamish Daud juga berkesan. Meski gak banyak adegan sama dia, tapi orangnya seru dan asik diajak ngobrol sama tukar pengalaman. Lalu sama Ricky Harun di Bajaj Bajuri termasuk berkesan. Aku kan jadi istri dia, selama syuting rasanya seru dan banyak ketawa syuting bareng Ricky. Kalau sama Raditya Dika di Cinta Brontosaurus juga cukup berkesan. Dika orangnya asik tapi aku jarang ngobrol di lokasi karena waktu syuting aku masih sekolah jadi nggak bisa lama-lama di lokasi. Dika orangnya pintar dan gayanya nggak ada yang bisa niru. Dia bisa semuanya, dia penulis tapi bisa jadi stand up comedy, penulis skenario juga bisa, bikin cerita, berakting sampai jadi sutradara. Kayaknya nggak ada yang kurang dari dia, hahaha.

 

Setelah menikah, apa kamu lebih selektif pilih peran?

Pastinya harus begitu. Sekarang kan aku sudah punya suami jadi lebih banyak pertimbangan dalam menerima tawaran, termasuk peran di film atau sinetron. Aku harus mikirin suami, keluarga aku dan keluarga suami. Trus kalau tawarannya kurang bagus atau kurang menarik, lebih baik dilewatin aja. Pertimbangannya jelas lebih banyak dibandingkan waktu belum menikah dan itu hal yang wajar sih.

Lalu apa harapan yang masih ingin diwujudkan? Apakah bermain bareng Laura Basuki?

Aku nggak punya harapan yang muluk-muluk. Ya berusaha menjalani pekerjaan di dunia akting dengan sebaik-baiknya. Main bareng Laura Basuki juga termasuk harapan aku, kok tau sih, hehehe. Mudah-mudahan bisa terwujud. Banyak yang bilang aku mirip sama Laura Basuki, jadi siapa tahu nanti aku kebagian peran sebagai adiknya, hahaha. Aku suka sama semua jenis film, yang penting ceritanya bagus dan menarik.