Fimela.com, Jakarta Baru pertama kali main film, Whulandary Herman sudah mendapat tantangan berat. Ia disodori peran sebagai perempuan pekerja seks komersial alias PSK dalam film Bidadari Terakhir. Ia sempat gamang, menerima atau menolak peran untuk film ini. Setelah melalui pergulatan bathin akhirnya dia menerima peran itu. Apa saja suka dukanya ‘menjadi’ PSK?
***
Sebelum terjun ke dunia akting perempuan berdarah Minang ini lebih dulu dikenal di dunia modeling dan peragawati. Bahkan dalam ajang Putri Indonesia 2013 ia berhasil menjadi yang terbaik dan menyandang predikat sebagai Putri Indonesia 2013. Ia berhasil menyisihkan puluhan perempuan cantik dari seluruh Indonesia di event itu.
Seperti lazimnya pemenang Putri Indonesia setiap tahunnya, ia pun menjadi wakil Indonesia di ajang Miss Universe 2013 yang dihelat di Moscow, Rusia. Ini adalah pengalaman yang amat berharga bagi perempuan kelahiran Padang Panjang, 26 Juni 1989 ini. Ia harus bersaing dengan kontestan dari berbagai negara di berbagai penjuru dunia yang ikut event tahunan itu. “Di ajang Miss Universe 2013 itu aku sudah berusaha keras dan berjuang semaksimal mungkin untuk mengharumkan nama Indonesia. Namun aku hanya berhasil masuk 16 besar,” kenang Runner Up ke-3 dan Best Catwalk di ajang International Model of the Year 2010 di Seoul, Korea Selatan, dan Juara 1 Asia Top Model 2010 di Cina.
Baca juga: Puteri Indonesia 2013, Whulandary Herman Tertantang Jadi PSK
Pulang dari Miss Universe ia kembali ke Indonesia dan melanjutkan aktivitasnya kembali. Dunia modeling masih terus ia lakoni. Kemudian dia merambah ke dunia presenting dan kini dunia akting dengan main dalam film perdana Bidadari Terakhir. Di film ini beradu akting dengan Maxime Andre Selam Bouttier, Stella Cornelia, Julian Jacobs dan lain sebagainya.
Berperan sebagai PSK banyak pengalaman unik yang dialami oleh perempuan yang masih lancar berbahasa Minang ini. Saat syuting dan masih menggunakan kostum Eva, perempuan PSK yang ia perankan, ada seorang pria 'hidung belang' yang
coba menawar dirinya. Whulan tergelak saat mengisahkan dirinya digoda pria 'hidung belang'. Yang satu 'hidung belang' sungguhan, yang satunya sedang berperan sebagai PSK.
Baca juga: Perani PSK, Whulandary Herman ‘Ditawar’ Pria Hidung Belang
“Awalnya aku dan temanku yang sedang nongkrong, sementara kru menyiapkan set syuting lirik-lirikan. Maksudnya, kita berpura-pura sebagai PSK beneran. Dan pria itu sempat percaya. Buktinya, ia sempat menawar aku, dengan pertanyaan ‘berapa per malam’, hahaha,” katanya tergelak.
Dan, pria 'hidung belang' itu tersipu malu saat Whulan dan temannya memberi tahu kalau dirinya sedang terlibat dalam syuting film. Bukan sebagai PSK seperti yang dia kira. “Berarti aku total banget ya memerankan sosok Eva. Buktinya, pria ‘hidung belang’ itu yakin dan mencoba menawar,” tambahnya.
Kepada Edy Suherli, Galih W. Satria dan Febio Hernanto ia bercerita banyak soal pengalamannya memerankan karakter Eva yang berprofesi sebagai PSK. Ia juga berbagi cerita soal rencana besar yang akan direalisasikan tahun depan saat melakukan sesi wawancara dan pemotretan khusus di kantor Bintang.com, SCTV Tower, Senayan City, Jakata Pusat, Sabtu (22/8/2015). Inilah petikannya.
Pro Kontra Memerankan Karanter PSK
Mendapat peran pertama dalam film, Whulandary Herman ditantang peran yang ‘berat’, sebagai seorang PSK. Dia mengalami pergulatan batin sebelum akhirnya setuju dengan peran ini.
Peran PSK atau pekerja seks komersial di film masih banyak yang enggan menerimanya karena takut, seperti apa Anda menghadapi kedaan ini?
Peran di film ini terus terang amat berat. Apalagi, ini film perdana bagi aku. Aku perlu berpikir panjang sampai akhirnya mengiyakan dan menerima peran itu. Soalnya, tokoh yang aku perankan ini bukan profesi biasa. Si Eva ini adalah pekerja seks komersial alias PSK. Serem banget kan.
Anda sendiri tertantang dengan peran PSK?
Secara peran, ini amat menantang. Bayangin aja aku harus memerankan karakter yang jauh banget dari kehidupan sehari-hari aku. Sehari-hari aku sebagai model, peragawati dan tempo hari saat menyandang predikat sebagai Putri Indonesia 2013 harus menjalankan tugas seorang putri. Banyak kegiatan sosial dan seremonial yang harus aku ikuti. Seru banget kalau aku bisa memerankannya, begitu aku pikir sebelum deal dengan pihak produser film ini.
Lihat juga: Jadi PSK, Whulandary Herman Didukung Keluarga
Anda tertekan dengan peran ini?
Waktu aku membaca bukunya, belum berbentuk skenario ya, aku terharu. Ada pertimbangan juga sebelum menerima peran ini. Soalnya, ini karakter yang tidak biasa, cerita seorang PSK.
Namun akhirnya Anda menerima peran PSK ini?
Sebelum menerima peran sebagai PSK ini aku harus berkomunikasi dengan keluarga dulu. Aku jelaskan kepada mereka kalau ini cuma peran saja dalam film. Untung mereka bisa memahami ini hanya karakter saja yang aku perankan dalam sebuah film yang berjudul Bidadari Terakhir. Setelah mereka bisa memahami kondisi ini baru aku tenang dan yakin melakoni peran ini.
Sebelum syuting Anda melakukan observasi di mana saja?
Aku melakukan observasi di kawasan yang sering dijadikan tempat mangkal para PSK, seperti di daerah Taman Sari, Jakarta Barat, dan juga di daerah Taman Lawang, Setiabudi, Jakarta Selatan. Kebayang dong kelas PSK-nya seperti apa. Yang biasa di pinggir jalan, hahaha. Namun sebelumnya aku sempat searching di internet soal daerah prostitusi, kehidupan di sana seperti apa dan apa saja kebiasaan para PSK di sana. Soalnya peran yang akan aku perankan adalah tokoh yang profesinya sebagai PSK.
Suka dukanya memerankan karakter seorang PSK apa saja?
Wah banyak banget. Yang jelas aku harus berbusana dan berpenampilan seperti Eva ya, hahaha. Bukan Whulandary Herman
yang pernah menyandang predikat Putri Indonesia 2013. Jadi, di lokasi syuting film ini aku harus berbusana sebagaimana Eva melaksanakan tugasnya sehari-hari.
Ada kejadian unik atau lucu saat syuting?
Saat syuting ada scene yang berat banget bagi aku. Yaitu adegan lari-larian antara aku dan Maxim Bouttier. Saat itu aku berlari sampai beberapa kilometer. Soalnya, adegan yang sama harus diulang beberapa kali. Pokoknya berat banget deh. Ketika break syuting karena di lokasi di mana Eva biasa mangkal, aku digodain pria hidung belang. Dia malah menawar aku berapa satu malamnya, hahaha. Aku kaget banget. Tapi ini so funny. Dia pikir aku PSK beneran apa ya, hahaha. Untuk orang itu cepat sadar kalau aku sedang syuting film.
Bagaimana adegan ranjang?
Adegan di kamar tidur ada, tapi tidak vulgar. Pokoknya, berat banget deh memerankan karakter Eva itu. Akhirnya syuting bisa aku selesaikan dan hasilnya silakan saksikan sendiri filmnya.
Anda tidak takut akan dikritik karena peran ini atau imej Anda akan terpengaruh?
Ini hanya sebuah peran di film atau panggung sandiwara. Jelas beda dong antara Whulandary dan Eva. Aku yakin publik kita sudah pintar dan bisa membedakan mana yang realita dan mana yang fiksi. Soal imej aku kira tidak akan semudah itu publik memberikan penilaian. Apalagi kalau aku tidak berperilaku seperti Eva dalam kehidupan sehari-hari. Jadi enggak ada yang perlu ditakuti.
Perjalanan Si Gadis Kampung
Whulandary Herman tak malu mengaku sebagai orang yang berasal dari kampung. Malah ia bangga, seorang gadis kampung yang bisa bertarung di Jakarta untuk sebuah event nasional seperti Pemilihan Putri Indonesia. Dia bisa menjadi pemenang mengalahkan sekian banyak perempuan yang memiliki tiga syarat 3B; Brain, Beauty, Behavior. Predikat Putri Indonesia 2013 pun ia sandang. Kisah ini akan ia tuangkan dalam sebuah buku biografi.
Setelah tidak lagi menyandang predikat Putri Indonesia 2013, apa saja kesibukan Anda?
Tugas sebagai Putri Indonesia 2013 memang sudah selesai. Namun, aku masih dipercaya sebagai duta sebuah gerakan pembangunan rumah layak huni. Ada satu lagi aku juga menjadi Taiwan Exelent Ambassador, duta untuk semua produk dari
Taiwan yang akan dipasarkan di Indonesia. Sebagai model dan peragawati masih jalan, namun untuk event tertentu saja. Tahun lalu sempat menjadi ikon untuk ajang Jakarta Fashion Week 2014. Tahun lalu sempat menjadi presenter infotainment Insert Pagi di TransTV.
Sebagian Putri Indonesia biasanya meninggalkan kenangan dalam bentuk buku, Anda apa?
Aku juga membuat buku tentang perjalanan seorang Whulandary Herman, dari seorang anak desa yang kemudian merambah ke Jakarta dan terpilih sebagai Putri Indonesia 2013.
Apa tujuan Anda menerbitkan buku ini?
Aku ingin sebanyak mungkin orang terinspirasi dengan perjalanan karier aku. Aku senang banget kalau ada orang yang
bisa belajar dan bisa menjadi lebih baik dari aku. Judul sementara kalau tidak ada perubahan Perjalanan Si Gadis Kampung.
Kenapa judulnya mengangkat soal gadis kampung?
Karena aku memang berasal kampung, dari daerah Sumatera Barat. Tujuan ke Jakarta karena aku ingin meraih mimpi. Banyak mimpi yang ingin aku wujudkan di Ibukota. Sebagian mimpi itu sudah terwujud dan masih ada yang lain masih aku perjuangankan. Aku pernah menjadi Putri Indonesia 2013. Sebagai Putri Indonesia aku mewakili Indoneisa untuk event Miss Universe tahun 2014 di Moscow, Rusia. Meski tidak berhasil menjadi pemenang di sana aku bangga bisa menjadi wakil Indonesia dan masuk dalam babak 16 besar. Pengalaman itu yang akan aku share ke pembaca.
Tantangan seperti apa yang Anda alami di saat awal berada di Ibukota?
Ada istilah, kejamnya ibukota tak sekejam ibu tiri. Ternyata, itu benar banget. Soalnya aku mengalami sendiri. Kalau mau berkarier di Jakarta dan menjadi pemenang harus tekun, disiplin, dan kerja keras. Harus menjadi pribadi yang kuat hidup di Jakata.
Termasuk harus sabar dengan kemacetan Jakarta ya?
Ya, itu juga harus dihadapi dengan sabar. Jakarta itu enggak pagi, enggak siang, dan juga sore selalu macet. Mungkin tengah malam dan dini hari saja yang enggak macet. Aku sendiri menghadapi kemacetan dengan sabar. Kita harus mencari solusi, salah satunya kalau macet naik kendaraan roda empat ya naik ojek. Untuk ke sini tadi aku naik ojek, lho. Makanya telatnya enggak terlalu lama kan, hehehe.
Anda kan sempat menjadi Putri Indonesia 2013, tidak malu naik ojek?
Mengapa harus malu? Kalau keadaannya memang begitu. Ya, sudah naik ojek daripada naik mobil aku sementara bermacet-macetan. Kalau satu hari ada empat pekerjaan karena macet aku cuma bisa dua tempat.
Baca juga : Whulandary Herman Naik Ojek Tembus Kemacetan
Apa yang Anda lakukan kalau kangen dengan kampung halaman?
Aku tinggal di Jakarta baru empat tahun lalu. Ya kadang-kadang sering muncul peraan kangen kampung. Kalau kangen aku main ke daerah Benhil, di sana kan banyak orang Padang. Bisa ngorol dengan mereka, makan kuliner Padang di sana. Dan banyak lagi yang bisa dilakukan untuk menghilangkan rasa kangen kampung halaman.
Anda masih bisa berbicara bahasa Padang, dong?
Oh, masih dong. Soalnya, di rumah aku masih ngomong bahasa Padang dengan keluarga.
Tahun ini Anda main film, tahun sebelumnya fokus sebagai presenter, apa target Anda di tahun depan?
Sejak menjadi Putri Indonesia 2013 aku selalu punya target setiap tahun. Tahun lalu presenter, tahun ini aku fokus main film. Tahun depan aku mau menerbitkan buku dan single. Pokoknya, setiap tahun harus ada pekerjaan besar yang diwujudkan.
Siapa yang paling menginspirasi dalam hidup Anda?
Mamaku. Dia yang sejak kecil menanamkan kepada aku untuk punya mimpi dan rencana besar dalam hidup. Dia menekankan kalau perempuan harus bisa seperti laki-laki. Yang penting, harus berjuang dan berjuang agar bisa mewujdukan rencana besar dalam hidup. Jadi selagi masih single harus mewujudkan semua mimpi-mimpi. Soalnya, kalau sudah berkeluarga prioritasnya sudah berbeda.
Satu hal yang amat dinanti Whulandary Herman saat senja; sunset. Karena itu ia sangat senang bisa menikmati mentari terbenam di balik hutan beton di belantara Ibukota. Seperti saat bertandang ke kantor Bintang.com. Ia sempat menikmati indahnya sunset dan lukisan alam yang terbentang saat mentari terbenam. Tak lama kemudian, ia mohon diri untuk melanjutkan aktivitas berikutnya.