Fimela.com, Jakarta Belakangan, tentu kamu sering kali mendengar kisah pilu bocah berusia tiga tahun, Aylan Kurdi. Meninggalkan rumah yang sudah porak-poranda karena perang di Suriah menuju tanah harapan. Namun Aylan Kurdi bukan satu-satunya yang menggantungkan harapan akan rumah baru.
Bertujuan sama namun nasib yang menimpa berbeda. Mohamed dan istrinya, Roqa, berserta kedua anak perempuan, Rushin dan Reema melarikan diri dari Suriah. Berbeda dengan Aylan yang berpulang lebih dulu, mereka berhasil mencapi Berlin. Dua ribu empat ratus kilometer dari rumah, mereka bertemu dengan Anne Dushime di depan State Office for Health and Social Issues.
Lima ribu imigran menunggu untuk di registrasi, membentuk barisan. Tak ada air, apalagi makanan. Namun, keluarga Mohamed menggelar alas sederhana untuk keluarganya berkumpul saat Anne, seorang warga Jerman, pertama kali bertemu.
Anne tak berbicara bahasa Arab dan Mohamed tak bisa berucap kata dalam bahasa Inggris membuat komunikasi mereka sulit pada awalnya. Akhirnya teman Anne memberikan bantuan dengan menerjemahkan setiap kata yang diucapkan Mohamed.
"Kami ingin anak-anak kami tumbuh di lingkungan yang damai." jadi alasan Mohamed memboyong keluarganya keluar dari tanah air. Anne dan pacarnya akhirnya membantu dengan membiarkan keluarga Mohamed tinggal di rumah mereka.
Melalui media sosial, Anne meminta bantuan kepada teman-temannya untuk mengumpulkan pakaian dan barang kebutuhan lain, terutama untuk kedua putri manis Mohamed. Menjalani kegiatan bersama-sama, kedua gadis tersebut mengajarkan Anne bahasa Arab. Mereka makan malam dan bermain bersama.
Anne hanya berharap bisa membuat keluarga Mohamed melupakan perih karena perang di tanah kelahiran dan menemukan kembali semangat untuk merangkai harapan di halaman hidup yang baru. Mengikhlaskan kisah Aylan Kurdi menjadi pengingat akan tekad untuk menemukan hidup dalam damai.
Baca Juga: Sejuta Kata Menyayat, Kesan Nilufer Demir Saat Potret Aylan Kurdi