Fimela.com, Jakarta Semangat juang Jenderal Soedirman tak pernah mati, meskipun dia sudah lama menghadap Sang Khalik. Sebagai anak muda yang bergelut dalam dunia akting, Adipati Dolken coba ‘menghidupkan’ kembali sosok pahlawan yang tak kenal lelah melawan penjajah dalam film Jenderal Soedirman.
***
Bukan kali ini saja pria bernama asli Adipati Koesmadji ini terlibat dalam film bertema sejarah. Pria kelahiran Bandung, 19 Agustus 1991 ini pernah bermain dalam film Sang Kiai yang mengusung perjuangan tokoh nasional dan pendiri Nahdlatul Ulama (NU) dari Jombang Jawa Timur; KH. Hasyim Asy’ari, kakek KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur.
Kini Adipati kembali mendapat kesempatan mempresentasikan perjuangan masa lalu dari sosok lain pendiri negeri ini dalam karya sinematografi. Sosok Seodirman, pejuang yang tak kenal lelah melawan dan mengusir penjajah dari bumi Indonesia. “Sebagai generasi muda saya sangat kagum dengan sosok dan perjuangan yang tak kenal lelah dari Jenderal Soedirman, ia benar-benar berjuang sampai harus masuk hutan ke luar hutan demi bangsa dan negara ini. Kondisi kesehatan yang kian memburuk sama sekali tidak menjadi halangan bagi dia untuk terus dan terus berjuang,” terang Adipati yang meraih penghargaan Piala Citra sebagai pemeran Pembantu Pria Terbaik di ajang Festival Film Indonesia (FFI) 2013 lewat film Sang Kiai.
Lihat juga: Demi Jenderal Soedirman, Berat Badan Adipati Dolken Turun 9 Kg
Sebagai pemain, Adipati juga berjuang saat mendapat kepercayaan memerankan seorang tokoh besar seperti Soedirman. Soalnya, Adipati adalah generasi masa kini yang yang hidup dan besar bersama teknologi yang kian canggih. Terbentang jarak yang cukup jauh antara dirinya dan sosok yang ia perankan dalam film berjudul Jenderal Soedirman.
Menurut Adipati, ia dan sejumlah pemain inti film ini sampai mengikuti latihan militer selama dua pekan lebih agar bisa benar-benar mengenali dan memahami bagaimana perjuangan sang pahlawan. Ia benar-benar merasakan seperti apa kehidupan seorang prajurit di medan juang.
Memang apa yang dirasakan Adipati tidak mirip sekali dengan medan juang yang dilakoni Jenderal Soedirman dan prajurit pejuang yang ikut dalam gerliya masuk hutan keluar hutan dengan persenjataan sederhana dan ransum alakadarnya. Sebelum syuting, Adi dan sejumlah pemain lain sempat mengikuti latihan militer. “Memang kalau mau dibandingkan dengan kondisi di era kemerdekaan dahulu, dengan saat ini jauh beda. Namun, situasi latihan militer yang saya ikuti itu agak mendekatilah. Latihan militer yang saya lakoni itu amat membantu saya memerankan karakter sang Jenderal,” terangnya.
Adipati sadar akan banyak orang memberikan penilaian terhadap peran yang ia mainkan. Namun, ia tak mau terbebani dengan penilaian yang bermacam-macam. Sebagai pemain yang bisa ia lakukan adalah bermain sebaik dan semaksimal mungkin. Jika ada yang memberi masukan ia akan terima dengan senag hati.
Di tengah kesibukannya menyosialisikan film heroik ini, Adipati menyempatkan waktu menerima Edy Suherli, Galih W. Satria dan Hasan Mukti Iskandar untuk sebuah wawancara dan pemotretan khusus di kediamannya di bilangan Kemang, Jakarta Selatan, Sabtu, (29/8/2015). Inilah petikan selengkapnya.
Belajar dari Jendera Soedirman
Banyak hal yang bisa dipelajari dan diteladani dari sosok Jenderal Soedirman. Semangat pantang penyerah yang ditunjukkannya, selalu aktual untuk masa kini dan masa yang akan datang. Dengan semangat juang yang tak kenal mati itulah kita bisa bersaing dengan bangsa-bangsa asing.
Sebagai anak muda yang hidup di abad XXI seperti apa Anda melihat sosok Jenderal Soedirman?
Terus terang, saya amat heran dengan orang yang masih saja tak mengenal Jenderal Soedirman. Jutaan orang setiap hari melintasi jalan yang bernama Jenderal Sudirman di kota-kota besar di Indonesia. Namun, saat ditanyakan kepada mereka ternyata mereka kurang paham dengan sosok yang amat berjasa dalam perjuangan bangsa ini. Dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Itulah sebabnya, mengapa jalan protokol diberinama beliau. Banyak orang yang belum paham tentang sejarah hidup dan sejarah perjuangan beliau.
Baca juga: Adipati Dolken Rela Meninggalkan Keluarga Dan Anak-anaknya
Apakah penonton bisa lebih paham tentang siapa Jenderal Soedirman lewat film yang Anda mainkan ini?
Lewat film ini kita bisa belajar sejarah, namun kita tidak didikte untuk mengetahui sejarah itu. Soalnya, formatnya tontonan. Jadi, tontonan yang memiliki nilai edukasi. Ada entertaining tentang perangnya Jenderal Soedirman dahulu itu seperti apa. Kita jadi tahu perjuangan beliau dan prajurit-prajuritnya bergerilya. Jadi saat melintasi jalan Jenderal Sudirman kita memahami sosok pahlawan yang namanya disematkan menjadi jalan yang kita lalui itu.
Anda sendiri apakah jiwa nasionalismenya dan kecintaan pada bangsa ini makin bertambah setelah main dalam film ini?
Pasti itu. Soalnya, saya jadi paham benar tentang sosok Jenderal Soedirman. Saya banyak dapat pengalaman yang berharga memerankan sosok yang amat saya hormati itu. Kita makin menghargai perjuangan beliau dan meneruskan perjuangan dia dengan berkarya sesuai dengan bidang yang kita tekuni saat ini.
Jenderal Soedirman dan pahlawan-pahlawan lain berjuang mengusir penjajah, mempertahan kemerdekaan, generasi sekarang tugasnya mengisi kemerdekaan. Kalau Anda seperti apa mengisi kemerdekaan?
Kita harus menghargai jasa pahlawan yang sudah mati-matian berjuang dengan harta, jiwa, dan raga. Generasi sekarang tugasnya mengisi kemerdekaan itu dengan karya dan pembangunan. Tidak mungkin kita bisa melakukan semua hal. Saya selama ini aktif di bidang akting, saya harus memberikan dan menghasilkan karya film atau sinetron yang baik. Teman-teman di bidang lain juga seperti itu. Kalau semua orang berpikiran sama, saya yakin bangsa ini akan maju.
Arti kemedekaan sendiri menurut Anda apa?
Kalau dulu kemerdekaan itu kita harus bebas dari cengkeraman penjajah. Sekarang saya kira tidak jauh berbeda, cuma bentuk penjajahannya sekarang berbeda dengan zaman dahulu. Kita harus merdeka secara budaya dan ekonomi. Kita harus mandiri dan percaya diri dengan apa yang kita miliki. Boleh saja orang asing berkarya di sini, namun jangan sampai mereka menjadi penguasa dan kita tunduk pada mereka. Kita harus belajar sejarah perjuangan bangsa ini.
Menghidupkan Karakter Jenderal Soedirman
Bermain dalam film sejarah tentang seorang tokoh besar adalah tantangan tersendiri. Akan banyak sekali orang yang memberikan penilaian soal akting yang dilakukan seseorang yang kebagian peran penting seperti dalam film Jenderal Soedirman. Namun Adipati tidak alergi dengan kritik dan masukan. Ia malah berterima kasih jika ada orang atau pihak yang mengkritik.
Sosok Jenderal Soedirman bukan hanya kali ini ada dalam film, seperti apa cerita tentang Jenderal Soedirman dalam film ini?
Film ini mengisahkan tentang sosok Jenderal Soedirman, saat dia berjuang melakukan perang gerilya. Mengapa dia melakukan perang gerilya, karena pihak Belanda menyatakan secara sepihak tak terikat lagi dengan Perjanjian Renville. Gencatan senjata yang sudah disepakati malah dilanggar dan Belanda dibawa pimpinan Panglima Simon Hendrik Spoor melakukan Agresi Militer II menyerang Yogyakarta yang saat itu menjadi Ibukota Republik Indonesia. Saat itu Presiden RI Soekarno dan Wakilnya Mohammad Hatta diasingkan ke Pulau Bangka. Jenderal Soedirman tidak mau menyerah begitu saja. Meski dalam kondisi sakit ia memimpin pasukan melawan Belanda dengan melakukan gerilya. Strategi gerliya yang diterapkan Jenderal bersama rakyat membuat Belanda tak berkutik. Melalui Perjanjian Roem-Royen, akhirnya Belanda mengakui kedaulatan Republik Indonesia. Bagaimana sosok dan peran Jenderal Soedirman tergambar jelas sekali dalam film ini. Film ini juga ingin mengabarkan kepada publik kalau di tahun 1945 itu sebenarnya Indonesia itu belum merdeka.
Baca juga: Setelah Jenderal Soedirman, Adipati Dolken Ingin Peran Patimura
Kok bisa begitu, bukankan Proklamasi dikumandangkan pada 17 Agustus 1945?
Memang betul Proklamasi diucapkan Bung Karno dan Bung Hatta pada tanggal 17 Agustus 1945. Namun, Belanda tidak rela negeri jajahannya menyatakan kemerdekaan. Mereka berusaha untuk kembali berkuasa di Indonesia setelah Jepang kalah perang. Buktinya, Belanda masih melakukan Agresi Militer. Indonesia yang baru merdeka itu sibuk untuk mempertahankan kemerdekaan yang sudah dikumandangkan itu. Jenderal Soedirman memiliki peran yang amat besar dalam upaya mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Apa kesulitan memerankan sosok Jenderal Soedirman?
Sulit pasti, soalnya siapa yang tidak kenal sosok Jenderal Soedirman. Dia adalah tokoh besar yang namanya diabadikan menjadi jalan protokol di hampir seluruh kota besar di negeri ini. Saya sadar akan banyak sejarawan dan tokoh yang menilai apakah saya pantas memerankan sosok Jenderal Soedirman.
Siapa saja yang membantu Anda sebelum dan selama syuting berlangsung?
Saya bersyukur banyak banget yang membantu, mulai dari sutradara Mbak Wei (Viva Westi), lalu para pemain yang berperan sebagai tim gerilya Jenderal Soedirman, ada Pak Tri acting coach-nya, ada Pak Teguh salah seorang anak Pak Soedirman yang banyak memberi masukan tentang sosok beliau.
Kesulitan apa yang paling berat dalam proses syuting film ini?
Lokasi syutingnya yang berat. Soalnya syutingnya benar-benar di hutan di daerah Gunung Kidul, Yogyakarta. Syutingnya di hutan dengan suhu dingin terus pindah ke pantai yang panas sekali. Dalam kondisi seperti itu saya sempat susah konsentrasi. Untunglah, sebelum syuting sempat berlatih fisik a la militer.
Anda siap dengan kritikan para sejarawan atau kritikus film?
Saya sudah berusaha semaksimal mungkin soal hasilnya silakan memberi penilaian. Semua masukan akan saya tampung untuk peran yang akan datang. Tidak menutup kemungkinan saya akan mendapatkan peran sejenis di masa yang akan datang. Saya mengucapkan terima kasih untuk semua orang dan semua pihak yang mau memberikan masukan.
Saat dipotret dengan menggunakan kostum yang dipakai saat syuting film Jenderal Soedirman, Adipati Dolken mengalami de javu. “Saat-saat penting ketika ia memerankan karakter Jendreral Soedirman kembali teringat,” katanya. Usai melakoni wawancara dan pemotretan khusus dengan Bintang.com ia sudah ditunggu dengan jadwal nonton bareng (nobar) di bilangan Bekasi dan Blok M. Setelah itu, sejumlah jadwal nobar di kota-kota besar seantero Indonesia sudah menanti. Untung Adipati masih menyimpan semangat besar Jenderal Soedirman.