Lenny Agustin Bawa Ciri Khas Kalimantan ke Paris

Joanzen Yoka diperbarui 02 Sep 2015, 03:00 WIB

Fimela.com, Jakarta Pada 4 - 7 September 2015 nanti, delapan desainer Indonesia akan menunjukan koleksi fashion bajunya di ajang Who's Next yang berlangsung di Private Area, Stand A68 Hall 2.2, the Parc des Exposition, Porte de Versailles, Paris.  Delapan desainer yang terpilih dalam ajang tersebut ialah Ali Charisma, D'Ale, Flobamore, Lenny Agustin, Ming, Oka Diputra, Sav Lavin, dan Sofie Design.

Lenny Agustin, salah satu desainer yang mengikuti ajang tersebut tidak menyia-nyiakan kesempatan emas itu. Ia akan membawa mode sentuhan budaya Indonesia di dalam karyanya.

"Aku salah satu delapan desainer yang akan mengikuti desain di Paris. Aku membawa sentuhan Indonesia yang semoga bisa diterima di Eropa, saya berharap produk ini bisa dipesan. Karena target saya mendapatkan buyer," kata Lenny Agustin di Conclave, Jakarta Selatan, Senin (31/8/2015).

Mode yang akan dibawa Lenny nanti menggabungkan fashion tradisonal dan Eropa, sehingga akan menunjukan look internasional dengan tujuan dapat mudah diterima oleh seluruh negara yang datang ke acara Who's Next di Paris itu.

"Baju saya ini memang diolah dengan look Internasional, dengan garis desain yang sederhana. Tapi saya menonjolkan looknya, nggak tradisional banget. Karena saya mengambil motif geometris. Dan disana banyak yang familliar. Baju aku juga ada konsep kalimantan," sambungnya.

Bukan tanpa alasan Lenny Agustin menunjukan desain Kalimantan, karena selama ini ia belum pernah mendesain dengan ide-ide yang datang dari sana. Agar terlihat menarik, baju yang dibuat lewat teknik sulam ini akan menonjolkan ciri khas Kalimantan.

"Sebenarnya saya ada darah Kalimantan juga saya selalu tertarik dengan budaya Indonesia. Saya belum pernah mengangkat Kalimantan. Kalo saya mengangkat dari sana mungkin akan sedikit membosankan. Dari itu kita berusaha menemukan yang baru dengan Kalimantan. Juga mengenalkan sulam yang baru, memberi nuansa baru dengan kerajinan sulam tanpa meninggalkan kekhasan mereka. Kalo aslinya di Swedia, sulaman ini tidak digunakan di baju akan tetapi ke selimut," ungkap Lenny Agustin.