Fimela.com, Jakarta Pelabuhan Debut yang semakin menjauh dari jarak pandang. Kembali berteman dengan segarnya angin laut, bersua dengan birunya air, serta riak dari mesin perahu. 'Seperti halnya Matahari, Indonesia ini akan terbit dari Timur.' adalah rangkaian kalimat Ramya Prajna yang seketika terlintas di benak.
Kabut kian menipis, memperlihatkan tanda-tanda adanya daratan di batas cakrawala. Menegaskan pandangan karena melihat garis putih yang membelah birunya air laut. Seperti garis tak simetris yang dibentuk oleh pasir putih Pantai Ngurtafur.
Indonesia Timur dengan ajaibnya menimbulkan rasa intim bagi siapapun yang melihat eksotisme alamnya. Air laut yang bercahaya bak permata yang 'tertimpa' sinar matahari. Wangi alam yang begitu menggoda, serta ketenangan yang ditawarkannya. Itulah kesan pertama yang akan kamu temukan saat menepi di Pantai Ngurtafur.
Tanya hanya alam yang fantastis, kamu bisa bersua dengan penyu belimbing di sini. Melihatnya langsung di habitat asli. Menghitung setiap pergerakannya dengan iringan doa dalam hati. Berharap bisa melihatnya lagi di lain waktu.
Menutup hari dengan duduk santai mendengar alunan harmoni yang dibentuk oleh deburan ombak, kilauan air laut yang memantulkan keindahan matahari terbenam. Namun, ada gumamam dalam hati, 'mengapa harus ada matahari terbenam di hari yang begitu sempurna?'
Baca Juga: Pulau Senoa, Menapaki Langkah di Wilayah Terluar Indonesia