Fimela.com, Jakarta Kasus meninggalnya gadis kecil bernama Angeline beberapa waktu yang lalu sudah membuat banyak orang terkejut. Termasuk Teuku Zacky dan teman-temannya yang tergabung dalam Sahabat Anak Negeri (SAN). Mereka tergerak untuk melakukan aksi nyata. Apa saja yang dilakukan Zacky untuk membantu melindungi anak-anak yang teraniaya?
***
Pria berdarah Aceh yang dilahirkan di Bandung pada 23 Januari 1983 ini mengawali karier di dunia model. Berbekal wajah rupawan, tak susah baginya untuk eksis sebagai model majalah dan juga berjalan di catwalk. Dari dunia modelling ia merambah ke dunia akting. Sejumlah sinetron dan film telah ia bintangi. Tak hanya di tanah air, kiprah Zacky di dunia entertainmen juga melebar hingga ke negeri jiran.
Lewat sinetron Gengsi Gede Gedean nama Zacky mulai dikenal luas. Setelah itu, ia menjadi bintang sinetron Cowok Cowok Keren, Udin Pe-Ak, Pelangi Harapan, Tangisan Issabela serta Rama dan Ramona. Selain sinetron ia juga kebagian peran dalam film Obama Anak Menteng, Gong dan Khayangan. “Dunia model dan akting sudah membuat nama saya dikenal publik. Saya tidak akan melupakan semuanya,” katanya.
Baca juga: Perjuangan Teuku Zacky Perjuangkan Hak Anak Berlanjut
Zacky menyudahi masa lajangnya dengan menikahi gadis Uzbekistan yang juga sebagai peragawati di akhir tahun 2008. Dari pernikahan Zacky dan Ilmira Usmanova dikarunia sepasang anak; Teuku Zio Zafiero Adam (lahir 7 Januari 2010) dan Aishakyra Zara (lahir 3 April 2012).
Kini, ia lebih banyak mengurusi usaha Event Organizer (EO) miliknya. “Saya sekarang memang tidak seperti dulu yang full pada dunia entertainmen. Sekarang saya lebi banyak mengurusin EO yang saya bangun. Untuk dunia entertianmen masih tapi cuma sebagai host saja. Karena tidak terlalu menyita waktu,” paparnya.
Di tengah kesibukan itu ia masih bisa menyisihkan waktu untuk terlibat dalam organisasi sosial yang concern pada perlindungan anak teraniaya. Kasus Angeline menjadi pemicu buat Zacky untuk bergerak dalam kegiatan sosial ini. “Semua orang harus peduli agar kasus kekerasan seperti yang terjadi pada Angeline tidak terulang lagi,” tandasnya kepada Edy Suherli, Fathan Rangkuti, dan Abraham Onarelly yang melakukan pemotretan dan wawancara khusus di kediamannya di bilangan Ciputat, Tangerang Selatan, pada Sabtu (1/8/2015). Inilah petikan selengkapnya.
Berawal dari Keprihatinan
Teuku Zacky membentuk Sahabat Anak Negeri untuk membantu menyadarkan publik agar peduli pada tindak kekerasan pada anak yang mungkin terjadi di sekitar. Setelah mencurigai, mengetahui ada indikasi penyiksaan publik bisa segera melaporkan kejadian ini kepada aparat penegak hukum terdekat atau lembaga yang concern pada upaya perlindundan anak. Semuanya berawal dari keprihatinan pada kasus yang menimpa Angeline.
Di tengah kesibukan sebagai artis, Anda masih menyisihkan waktu untuk melakukan perlindungan pada anak-anak yang dianiaya, seperti Angeline, bisa diceritakan bagaimana awalnya?
Terus terang saya tergerak untuk ikut andil dalam pembelaan anak-anak yang teraniaya dan tertindas terstimulan dari kasus Angeline. Seorang gadis kecil yang diduga mengalami penyiksaan yang tiada tara oleh orang dekatnya sendiri. Mautlah yang menyudahi penyiksaan pada dia. Terus terang saya benar-benar terenyuh mengetahui kisah pilu Angeline ini. Saya akhirnya menguatkan niat untuk berbuat sesuatu yang saya bisa.
Baca juga: Teuku Zacky Galang Gerakan Agar Kasus Angeline Tak Terulang
Anda tidak sendirian, siapa saja teman yang ikut tergerak?
Yang tersentuh untuk melakukan gerakan sejenis bukan saya saja. Shanty yang kini bermukim di Hong Kong juga bergerak. Malah dia lebih dulu. Dia terus mengamati berita media online yang terbit di Indonesia yang begitu gencar memberitakan soal kekerasan pada anak, khususnya Angeline.
Anda melakukan komunikasi intens dengan Shanty?
Oh ya, karena sama-sama punya interest pada soal Angeline dan kekerasan pada anak, kami saling berbagi informasi. Saya kasih tahu kalau ada berita soal kekerasan anak, begitu juga Shanty akan memberitahukan juga kepada saya kalau ada informasi soal kekerasan pada anak yang ia temukan di salah satu situs berita dari Indonesia. Ia kemumudian menulis surel (surat elektronik) kepada KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia) dan Komnas Perlindungan Anak (Komnas PA). Namun yang cepat merespon surat dari Shanty adalah Komnas PA.
Selanjutnya?
Saat ia masih di Hong Kong itu kami komunikasi terus. Saya menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan di Jakarta untuk persiapan bertemu dengan pihak Komnas PA. Shanty kemudian ke Jakarta, dan pada tanggal 2 Juli, saya, Shanty dan beberapa teman yang punya visi dan misi serupa mendatangi kantor Komnas PA. Kami ingin melakukan aksi nyata terghadap persoalan ini.
Dari pertemuan dengan Komnas PA apa yang kemudian dilakukan?
Kami sadar kalau kami ini bukan eksekutor dalam persoalan seperti ini. Ada banyak pihak juga yang berharap kami bisa melakukan tindakan, padahal tidak bisa. Akhirnya kami lebih fokus pada kampanye penyadaran. Soalnya sebagai figur publik kami punya fans, follower di sosial media dan dikenal masyarakat.
Fokus kampanyenya di sisi apa?
Kami akan berkampanye kalau ada lembaga seperti Komnas PA yang concern pada persoalan perlindungan anak. Kalau menenukan ada dugaan penyiksaan pada anak, segera melapor. Agar tidak terjadi lagi keterlambatan penanganan seperti kasus Angeline kemarin. Jadi kami berupaya menyadarkan publik kalau mereka harus lebih peduli pada lingkungan sekitar. Kalau mereka melihat, mendengar dan mengetahui ada gejala atau tindakan penyiksaan pada anak-anak harus segera melapor. Jangan hanya diam saja.
Berkaca pada kasus Angeline, apa yang salah menurut Anda?
Kalau orang di sekitar Angeline sedikit peduli dan punya keberanian, saya yakin nasib Angeline tidak akan seburuk ini. Namun semuanya telah terjadi. Angeline sudah pergi untuk selamanya. Tinggal lagi kita melakukan upaya penyadaran agar publik bisa lebih peduli pada lingkungan. Tujuan kita agar kasus seperti ini tidak akan terulang. Cukup Angeline yang menjadi korban, jangan ada lagi Angeline Angeline yang lain.
Jangan Takut untuk Melapor
Sikap acuh tak acuh pada lingkungan adalah awal dari malapetaka. Karena itu melalui Sahabat Anak Negeri, Teuku Zacky dan kawan-kawan yang terlibat di organisasi nirlaba ini berupaya keras menyosialisasikan kepada publik untuk meningkatkan kepedulian pada lingkungan sekitar. Mereka ingin agar masyarakat segera melapor jika ada gejala-gejala penyiksaan atau kekerasan pada anak.
Mungkin orang takut untuk melapor?
Inilah tugas kami dari Sahabat Anak Negeri, untuk membantu menyadarkan publik. Kami meneyerukan kepada publik untuk berani melapor kejadian yang dia lihat ke pada pihak yang berwajib, atau lembaga-lembaga yang punya kepedulian dalam perlindungan pada anak seperti Komnas PA atau KPAI atau lembaga sejenis yang lain. Kalau masih bisa dilakukan upaya persuasif dengan mendatangi orang tua, anggota keluarga di mana ada dugaan penyiksaan pada anak, sebaiknya dilakukan dahulu. Kalau upaya persuasif itu tak diindahkan, lapor ke polisi. Ayo lapor, atau telepon kalau tidak sempat. Yang penting tidak boleh diam kalau mencurigai ada bentuk penyiksaan atau tindak kekerasan pada anak.
Lihat juga: Teuku Zacky Menggalang Dana Untuk Kegiatan Sosial
Menurut Anda seberapa besar perhatian pemerintah teradap upaya perlindungan pada anak-anak?
Sebenarnya sudah ada UU Perlindugan Anak. Cuma dari sisi pemerintah dan lembaga-lembaga di bawah pemerintah yang memiliki kewenangan melakukan perlindungan pada anak sesuai amanat UU tersebut, apakah sudah dijalankan. Dan kalau sudah sejauh mana kendala yang ditemukan di lapangan, ini yang belum kita ketahui. Tapi untuk tugas sebesar dan seberat ini tidak adil kalau kita menyerakan pada pemerintah. Lembaga sosial, publik dan dan semua pihak harus ikut peduli. Mungkin sosialisasi yang perlu digiatkan agar publik lebih paham.
Kabarnya Dewan Perwakilan Daerah (DPD) juga sempat mengundang Anda dan teman-teman?
Ya, DPD dalam hal ini Komite 3 memang mengundang kami untuk ikut membantu upaya perlindungan pada anak-anak yang ternyata masih lemah di Indonesia. Kasus Angeline menjadi salah satu indikator kalau UU Perlindungan Anak di negeri ini belum berjalan.
Perlu dana dong untuk sosialisasi, Sahabat Anak Negeri dapat dana dari mana untuk melakukan sosialisasi?
Kami menerima dana dari berbagai pihak yang halal dan tidak mengikat. Selain itu, kami juga mengumpulkan dana dengan membuat souvenir macam kaos. Dari penjualan itu keuntungannya untuk membiayai sosialisasi kegitan kami. Seperti hotline yang dijadikan untuk melapor kalau ada gejala atau kecurigaan pada penyiksaan dan kekerasan pada anak. Selama ini hotline itu bekerjanya jam kerja. Padahal namanya hotline itu mestinya 24 jam nonstop haru siap menerima pengaduan masyarakat. Dana yang terkumpu juga akan dialokasikan untuk pos seperti itu, selain untu kampanye peduli dan sosialiasi kegiatan lainnya.
Setelah persoalan ini tersosialisasi apa lagi yang difokuskan oleh Anda dan teman-teman?
Kalau kampanye ini sudah terlaksana dan anggap saja publik sudah mengerti dan punya kesadaran pada upaya perlindungan pada anak-anak yang mengalami kekerasan, masih banyak yang harus kita lakukan. Anak-anak yang diduga mengalami tindak kekerasan itu perlu terapi, perlu rumah aman untuk menjadi tempat sementara mereka sebelum mendapat rumah abadi yang benar-benar aman dan nyaman buat mereka. Tapi itu sudah step berikutnya kalau sosialisasi berjalan baik.
Dukungan istri dan keluarga seperti apa?
Ilmira mendukung banget. Apa yang saya lakukan bersama teman-teman Saabat Anak Negeri di-support sekali oleh istri dan anak-anak saya.
Apa harapan pada pemerintah untuk perlindungan pada anak ke depan?
Setiap warga negara berhak mendapat dari negara. Lebih-lebih anak-anak, mereka juga bisa leih diperhatikan. Soalnya anak-anak ini kan generasi penerus perjuangan bangsa. Kalau anak-anak sudah diabaikan bagaimana mereka akan menjadi generasi penerus. Kami berharap pemerintah dalam hal ini instansi terkait bisa lebih peduli dan tiada henti menyosialiasikan upaya perlindungan pada ana-anak. Kasus penyiksaan pada anak tidak boleh terjadi lagi di masa yang akan datang.
Teuku Zacky amat betah jika sudah berkumpul bersama keluarga kecilnya. Di rumah yang dibangun dengan konsep terbuka dan dengan halaman yang luas, dia bisa melakukan beragam aktivitas bersama istri dan kedua anaknya. “Kalau sudah di rumah saya males untuk keluar rumah. Soalnya, apa saja bisa dilakukan di rumah,” ujar Zacky sembari menyudahi perbincangan.