Fimela.com, Jakarta Demam batu akik melanda berbagai daerah di Indonesia. Bintang film dan sinetron Yama Carlos ternyata ikut terpikat pada batu akik. Apa yang ia dapat dari aneka rupa, bentuk dan warna batu akik yang berasal dari seluruh penjuru nusantara maupun manca negara?
***
Pria kelahiran Semarang, 28 Desember 1980 ini mengawali kariernya di dunia entertainmen sebagai model catwalk. Namun seiring perjalanan waktu ia melebarkan sayapnya di dunia akting dengan main sinetron dan film. Debut aktingnya dimulai dari film Belahan Jiwa (2005). Kemudian berlanjut ke film Angkerbatu (2007) dan Merah Itu Cinta (2007).
Eksistensinya di dunia akting relatif stabil. Nyaris setiap tahun ada film yang dibintanginya. Puluhan film sudah dibintanginya hingga saat ini. “Saya enggak menyangka ternyata dari satu film lalu dua, dan film ketiga hingga sekarang sudah puluhan film yang saya bintangi,” aku pria bernama asli Hamba Ramanda ini.
Di luar akting sebagai pemain film ia juga sempat menerima beberapa tawaran sinetron. Namun jumlah sisnetron yang ia bintangi tak banyak film. Beberapa sinetron yang dibintanginya adalah Kisah Rama Shinta (Indosiar), dan Super ABG (SCTV) dan Elang (SCTV) dan Masalembo (NET).
“Sinetron dan film masing-masing punya kelebihan satu sama lain. Dan saya tidak pernah menganggap satu satu lebih baik sedangkan yang satunya lain kurang berbobot. Ada kelebihan dan ada kekurangan masing-masing,” terangnya.
Di tengah kegiatan syuting film dan sinetron, putra pasangan Carlos Roxas Carcia dan Mehas Festi Mariani ini kini terkena ‘virus’ batu akik yang mewabah di berbagai pelosok negeri. “Mengetahui batu akik itu tidak pernah puas. Yang diketahui saat ini baru seberapa persennya, sedangkan yang belum diketahui lebih banyak lagi. Motif batu akik itu tidak bisa diprediksi, setiap batu yang ditemukan punya ciri khas dan keunikan. Boleh saja jenisnya sama, misalnya panca warna namun variannya banyak lagi. Itulah kebesaran Yang Maha Kuasa menciptakan batu yang beraga bentuk dan jenis,” paparnya.
Kini ke mana pun pergi Yama selalu bawa batu. “Kita harus bangga dengan kekayaan batu negeri ini. Orang luar saja mengakui, masa kita enggak. Saya bangga dengan batu-batuan dari dari pelosok negeri. Namun saya juga mengoleksi batu dari negara lain. Terutama dari jenis pirus,” akunya.
Batu akik adalah kekayaan yang selama ini terabaikan. Yama senang saat beberapa pemerintah di daerah sudah mengambil inisiatif melindungi kekayaan batu akik mereka. Kepada Edy Suherli, Ruben Silitonga, Fathan Rangkuti, Galih W. Satria dan Basyir Latifan dari Bintang.com yang menemuinya dalam sebuah wawancara dan pemotretan khusus di ruang pamer moge Indian Motorcycle Indonesia di bilangan jalan RS. Fatmawati, Jakarta Selatan, pada Selasa (14/7/2015) ia berkisah banyak soal kegemarannya terhadap batu akik. Inilah petikan selengkapnya.
What's On Fimela
powered by
Dari Mimpi Turun ke Lapak
Berawal dari penasaran lalu terbawa mimpi. Begitulah awal mula Yama Carlos berkenalan dengan batu akik. Dari membeli satu lalu dua dan seterusnya. Lama-kelamaan ia membeli bongkahan batu yang belum diasah. Menurut Yama Carlo setelah tahu banyak soal batu ia lebih puas membeli batu yang belum diasah dari pada batu yang sudah jadi.
Bagaimana awalnya Anda juga ikut menyukai batu akik?
Hehehe, akhirnya saya juga menyukai batu akik. Padahal tidak sebelumnya saya tidak minat sama sekali. Ceritanya akhir tahun lalu sekitar bulan November. Saat mau pulang ke rumah selalu melihat banyak orang yang ngumpul di lapak batu dekat rumah. Saya penasaran melihat orang nongkrong di sana betah baget. Namun karena belum sempat-semat mampir terbawa mimpi. Saya mimpi bertemu batu warna biru.
Lalu?
Karena penasaran saya mampir ke lapak salah satu batu itu dan mencari batu yang ada dalam mimpi saya itu. Dan ketemu, nama batunya Blue Casedoni. Setelah itu keterusan beli dan beli lagi. Dari semula beli batu yang sudah di gosok, lalu berubah menjadi beli batu yang belum digosok atau masih bahan.
Bedanya apa batu yang sudah digosok dengan batu masih bahan?
Makin lama menekuni batu saya makin tahu, kalau membeli bahan baku itu lebih menguntungkan dan lebih puas. Kita tahu persis kalau batunya asli, bukan masakan atau batu tiruan. Setelah diasah saya iket dengan sesuai yang saya mau. Kalau beli jadi sudah tidak ada lagi kreasi kita. Benar-benar lebih puas beli bahan.
Sekarang juga menjual juga?
Ah itu baru iseng-iseng saja. Kebetulan dari koleksi saya ada yang minat, ya saya lepas. Harganya juga enggak bikit berkerut kening, hehehe.
Jenis batu apa yang paling banyak Anda kumpulkan?
Saya memilih batu yang tidak teralu mainstream. Kalau sekarang lagi musim batu bacan saya mencari yang lain. Kan jenis batu di negeri ini banyak. Batu bacan bagus, namun harganya kadang-kadang sudah enggak masuk akal. Karena itu saya mencari batu jenis lain yang juga bagus setelah dipoles namun masih terjangkau.
Dari Lokal hingga Macanegara
Khazanah batu akik yang di miliki Indonesia demikian banyak. Memang banyak jenis dan motif yang sudah ditemukan, namun ternyata lebih banyak lagi yang belum tergali. Inilah salah satu hal yang membuat penyuka batu akik penasaran ingin mencari dan mencari lagi batu yang baru. Termasuk Yama Carlos juga terjangkit ‘virus’ itu.
Jenis batu apa saja yang Anda koleksi?
Ada batu virus, baik yang asal Nevada Amerika atau virus dari Persia dan juga ada Pirus Aceh. Kalau dari dalam negeri saya koleksi batu dari Aceh, Bengkulu, Garut dan daerah-daerah lainnya. Batu Aceh itu ada macamnya lagi, ada jenis lumut, pirus. Batu dari Bengkulu juga begitu, namun yang paling kondang jenis raflesia. Dari Sumatera selatan ada pirus dari daerah Baturaja. Kalau dari Garut ada jenis panca warna. Pokoknya banyak sekali jenis batu dari berbagai daerah. Dan tiap jenis dan daerah itu punya ciri khas masing-masing.
Jadi paham banget soal batu ya?
Lumayan dengan baca di internet dan bergaul dengan perajin batu yang buka lapak. Kalau enggak ada syuting saya mainnya ke lapan batu akik. Jadi pengetahuan tentang batu terus bertambah. Atau kalau enggak ke Pusat Batu Akik Jakarta di Rawa Bening. Pokoknya kalau sudah di sana enjoy aja.
Jenis dan ragam batu kita banyak sekali ya?
Negeri kita ini memang kaya sekali dengan batu akik. Luar negeri menagkuinya lho. Tiap daerah punya jenis dan ragam batu yang berbeda-beda. Kita harus bangga dengan potensi alam yang demikian besar itu. Yang sudah diketahui pubik kan banyak sekali jenisnya, tapi yang belum dieksplorasi itu masih lebih banyak lagi.
Yang belum punya batu apa? saya mau mencari batu dari Papua dan Nusa Tenggara. Di sana juga bagus-bagus batunya. Saat ini saya masih berburu di Jakarta dan sekitarnya saja. Kalau ada kesempatan ke daerah saya sempatkan mencari batu khas dari daerah yang bersangkutan. Jadi seperti kata pepatah lama, sampai menyelam minum air. Sekali berjalan beberapa tujuan didapat.
Usai sesi pemotretan Yama Carlos mengeluarkan dua buah tas kecil yang berisi batu akik. Ia dengan fasih menjelaskan satu demi satu koleksi batu akiknya. Saat ada orang yang berminat dengan batu miliknya dia akan lepas. Namun meski saat ini menyukai batu akik menurut Yama ini hanyalah hobi sampingan. Dia masih menomorsatukan aktifitasnya sebagai pekerja di dunia entertainmen sebagai bintang sinetron dan film.