Fimela.com, Jakarta Buah memang jatuh tak jauh dari pohonnya. Ridho Rhoma mewarisi bakat besar ayahnya Rhoma Irama yang hingga saat ini masih berjuluk Raja Dangdut. Kalau sang ayah sudah berhasil menancapkan dangdut di antara genre musik yang ada di negeri ini, Ridho punya obsesi membawa dangdut ke kancah dunia.
***
Sejak kemunculan nya di belantikan musik tanah air, Muhammad Rhido Irama sudah memilih jalan di jalur musik dangdut. Lewat tembang Menerka (2007) ia menyuguhkan sesuatu yang beda dari sang ayah. Dangdut namun dengan cita rasa yang beda. Sedikit ngepop namun tak hilang nuansa dangdutnya.
Tembang berikutnya Menyangka (2008) dan Menunggu (2009) juga disambut oleh pecinta musik tanah air. Pria kelahiran Jakarta, 14 Januari 1989 ini makin eksis sebagai penyanyi dangdut muda yang moderen. Cintra dangdut yang konservatif berubah menjadi lebih ngepop dan cair saat dibawakan oleh Ridho. Pesona Ridho yang good looking menjadi selling point tersendiri di era, di mana seorang penyanyi juga dituntut berwajah rupawan selain punya suara merdu.
Lihat juga: Video Buat yang Kangen Sama Ridho Rhoma
Tak hanya bermusik, Ridho Rhoma persis seperti ayah, yang juga merambah layar lebar. Ia membintangi film berjudul Dawai 2 Asmara (2010). Lagu tema untuk film ini yang berjudul sama, juga Ridho langsung yang mendendangkannya.
Kini Ridho ingin membawa dangdut ke pentas yang lebih besar, pentas dunia. “Sudah saatnya dangdut berkiprah untuk lingkup yang lebih luas. Untuk Indonesia dan sekitarnya aku kira dangdut sudah merata. Kini pasar yang lebih luas, yaitu pasar dunia yang perlu dibidik,” ujar putra Rhoma Irama dar istrinya Marwah Ali.
Tantangan ke depan yang ada di hadapan Ridho tentu tidak ringan. Namun Ridho sudah menyiapkan semua itu. “Orang Barat itu justru merindukan musik dari Timur, kalau musik pop, R&B, Rock, Jazz buat mereka biasa. Kalau kita membawa musik yang sama dengan mereka, apa bedanya,” papar Ridho.
Meski sudah berwawasan global, namun Ridho tetap berpijak di bumi Indonesia. Di bulan Ramadan ini misalnya, ia menyisihkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk kegiatan sosial. “Aku juga harus bermanfaat untuk orang lain di luar aktifitas utama sebagai musisi. Aku bersama team di bulan Ramadan ini menggelar Pesantren Jalanan. Semoga ini bermanfaat,” katanya kepada Edy Suherli, Galih W. Satria dan Hasan Mukti Iskandar dari Bintang.com
dalam sebuah sesi wawancara dan pemotretan khusus di SCTV Tower, Senayan, City, Jakarta Pusat, Rabu (1/7/2015). Inilah petikan selengkapnya.
Dangdut Go International
Apa yang menjadi obsesi Ridho Rhoma adalah pekerjaan besar. Ridho sudah mengibarkan diri mengibarkan obsesi itu. Dibutuhkan energi dan upaya yang tidak ringan agar obsesi itu bisa terwujud.
Musik dangdut seperti apa yang akan Anda bawa ke pentas dunia?
Dangdut yang akan aku bawa ke pentas internasional tak berbeda jauh dengan musik dangdut yang sudah aku tekuni selama ini. Aku eggak berani terlalu berkeksperimen dengan sesuatu yang benar-benar baru. Toh dangdut yang aku bikin selama ini banyak yang suka meski masih untuk lingkup Indonesia dan sekitarnya.
Anda yakin dengan konsep itu?
Selama ini orang sudah mengenal ada dangdut klasik, lalu sekarang ada modifikasi yang disebut dangdut koplo. Aku akan memberikan sentuhan musik tekno dan unsur musik klasik pada dangdut yang akan disuguhkan untuk audience dunia. Dangdut yang mungkin akan lebih ringan namun tetap tidak hilang ciri khas dangdutnya.
Unsur Indonesianya di mana dong?
Kalau kita kaji dan telusuri sejarah musik dangdut, musik ini memang bukan asli musik Indonesia. Musik dangdut adalah akulturasi dari musik luar seperti dari India dan Arab. Di Indonesia berpadu dengan musik Melayu. Genre baru itu muncul dengan nama dangdut. Unsur Indonesianya kalau pun diinginkan bisa ditambah dengan instrumen musik tradisional khas Indonesia seperti seruling.
Negara mana yang akan dibidik?
Kecendrungan orang Asia mencari referensi musik ke negara Barat. Sebaliknya orang dari negara Barat justru mencari musik yang unik itu dari dunia Timur. Aku kira yang bisa dibidik adalah Amerika dan Eropa. Setelah itu baru negara-negara Asia. Mereka akan senang dengan sesuatu yang berbeda. Kalau musik pop, R&B buat mereka sudah biasa. Nah dangdut itu sesuatu yang unik. Peluangnya di sini untuk musik dangdut.
Orang bilang dangdut itu identik dengan goyang, Anda sepertinya tak begitu?
Kalau goyang itu maksudnya tarian atau dance yang terkonsep aku masih oke. Namun kalau goyangan seperti yang banyak dipraktikkan oleh penyanyi dangdut sekarang, khususnya yang perempuan, aku enggak seperti itu.
Apa mungkin Ridho akan mendangdutkan atau menaransemen ulang lagu Barat menjadi lagu berirama dangdut?
Hehehe, sejauh ini belum. Ya next time mungkin bisa menjadi pertimbangan
untuk aku dan team.
Kepedulian Sosial
Di bulan Ramadan yang penuh berkah ini, Ridho Rhoma bersama teamnya membikin kegiatan bertajuk Pesantren Jalanan. Yang menjadi peserta kegiatan ini anak jalanan, pemulung dan pengamen. Ridho senang bisa berbagi cerita dan pengalaman kepada mereka yang termarjinalisasi oleh keadaan. Ia memompa semangat anak-anak untuk mengubah nasib agar bisa lebih baik lagi ke depan.
Anda bikin bikin pesantren untuk anak jalanan di bulan Ramadan ini, di mana saja?
Yang pertama kami bikin di daerah Tanah Merah dan yang kedua di daerah Situ Gintung Ciputat, Tangerang Selatan. Alhamdulillah yang ikut acara ini lumayan banyak. Mereka terdiri dari anak jalanan, pemulung dan pengamen.
Baca juga: Ada Kuis Lebaran di Keluarga Ridho Rhoma
Apa yang Anda berikan untuk mereka?
Aku lebih pada sharing pengalaman ya. Aku cerita soal pengalaman aku menekuni dunia musik. Aku memberi motivasi kepada mereka agar punya pandangan baru tentang hidup. Hidup ini adalah perjuangan, untuk mencapai masa depan yang cerah tidak ada pilihan harus diperjuangkan semaksimal mungkin.
Anda seperti motivator buat anak-anak jalanan itu?
Mereka itu sebagian besar apatis dan pesimis dengan nasib. Kalau sekarang sudah menjadi anak jalanan, mereka pikir akan begitu seterusnya. Padahal roda kehidupan kan berputar, setiap orang pasti punya peluang dan kesempatan yang sama untuk berubah. Tinggal bagaimana usaha yang kita lakukan saja. Aku memotivasi mereka untuk bersemangat menghadapi hidup meski keadaan belum beruntung buat mereka saat ini.
Untuk kegiatan ini Anda mendanai sendiri atau ada bantuan dari luar?
Alhamdulillah untuk aktifitas aku ini banyak yang membantu. Ada dari teman-teman dekat, ada juga dari beberapa lembaga swasta. Aku berterima kasih banget atas bantuan yang sudah diberikan.
Kegiatan Anda ini kan sporadis di bulan Ramadan ini, apa ada rencana untuk bulan-bulan selanjutnya?
Pengennya aku begitu, jadi enggak berhenti sampai di sini saja. Program seperti ini memang tidak bisa hanya sekali atau dua kali saja. Harus terus menerus agar bisa terjadi perubahan yang signifikan. Tempatnya bisa bekerjasama dengan lembaga atau pihak-pihak yang memiliki kepedulian seperti kami.
Respons anak-anak jalanan itu bagaimana?
Mereka senang karena bisa dapat pengalaman dari aku. Mereka kan tahu aku selama ini sebagai penyanyi. Seperti apa mejadi seorang penyanyi yang seperti sekarang kan panjang. Tidak karena aku anaknya Rhoma Irama langsung besar. Semua melalui proses yang tidak singkat.
Dukungan Bang Rhoma seperti apa?
Papa untuk kegiatan yang positif amat mendukung. Apalagi ini bermanfaat untuk orang banyak.
Meski dalam suasana puasa Ridho tetap persemangat melakoni sesi wawancara pemotretan khusus dengan Bintang.com. Diujung perbicangan dan pemotretan ia meminta doa dan dukungan agar kiprahnya yang akan membawa dangdut ke pentas dunia bisa terwujud.