Fimela.com, Jakarta Mungkin Anda sudah tak asing dengan seruan “Awas anjing galak,” saat memasuki kawasan tertentu. Namun ternyata ada juga istilah “Awas Davina Galak.” Ini memang ditujukan untuk Davina Veronica yang tak sungkan bersuara dan bertindak ketika mendapati ada anjing atau kucing yang telantar atau tak dirawat sebagaimana mustinya.
***
Perempuan bernama lengkap Davina Veronica Hariadi ini tidak sedang berakting baik sebagai model maupun bintang film. Ia memang sedang terlibat dalam sebuah organisasi pencinta binatang peliharaan, dalam hal ini anjing dan kucing. Namanya Garda Satwa Indonesia. Lewat organisasi non profit ini Davina dan sukarelawan lainnya mengayomi anjing-anjing yang telantar.
Baca juga: Davina Veronica Sibuk Jadi Suara Satwa
Di lingkungan sekitar markas Garda Satawa Indonesia, Davina memang dikenal galak dan cerewet kalau ada orang atau keluarga yang menelantarkan hewan peliharaan. Kalau mendapati hal seperti itu ia tak segan-segan akan mendatangi kediaman orang yang diduga menelantarkan hewan peliharaan. Makanya ada istilah “Awas Davina Galak.”
Model yang sudah malang melintang di penas mode Indonesia ini hanya tersenyum saat ada yang bilang dirinya galak. Soalnya ia mamang akan berteriak kalau ada ketidakadilan untuk hewan peliharaan seperti anjing dan kucing.
Butuh konsentrasi dan perhatian lebih untuk menggerakkan Garda Satwa Indonesia. Aktifitas yang dilakukan Davina dalam organisasi ini adalah menolong, memelihara dan menyalurkan hewan yang sudah disembuhkan jika ada pihak yang berminat untuk mengadopsi. “Kami punya semboyan Please Adopt, and don't buy. Tidak ada istilah jual beli, namun untuk mengadopsi silahkan,” ujar Davina yang juga sebagai CEO Garda Satwa Indonesia.
Perempuan kelahiran Jakarta, 20 Oktober 1978 memang sudah lama suka dengan hewan peliharaan. Di kediamannya terdapat anjing beragam jenis. Saat bertemu anjing-anjing yang butuh perawatan dan kasih sayang seperti yang di unit penampungan dan juga kantor mereka di bilangan Cirendeu, Ciputat ia tak asing lagi.
Tak jarang anjing-anjing yang di penampungan bercengkrama dengan Davina. Seperti siang itu saat kami bertandang ke markas Garda Satwa, beberapa anjing kampung dan seekor anjing ras berkeliaran kian kemari. Sesekali ia menghampiri Davina dan relawan Garda Satwa lainnya. “Hewan itu seperti manusia, mereka juga membutuhkan kasih dan sayang. Saya enggak habis pikir kalau ada orang yang tega menyiksa dan menelantarkan anjing dan kucing. Bahkan ada yang tega membunuh secara kecam dan kemudian memakannya atas nama pelestarian tradisi,” katanya geram.
Lewat Garda Satwa Indonesia, Davina ingin semua pihak paham dan mau terlibat dalam upaya penyelamatan hewan peliharaan seperti anjing dan kucing. Ii mengetuk pemerintah melalui instansi terkait untuk mau lebih peduli pada gerakan menyelamatan hewan seperti yang mereka lakukan dan juga lembaga sejenis. Kepada Edy Suherli, Ruben Silitonga, Fathan Rangkuti dan Basyir Latifan dari Bintang.com yang menemuinya di markas Garda Satawa Indonesia di bilangan Cirendeu, Ciputat, Tangerang Selatan, Rabu (8/7/2015). Inilah petikan selengkapnya.
What's On Fimela
powered by
Berawal dari Keprihatinan
Sebagai soerang model, Davina sudah biasa bergaya di depan kamera. Namun saat diminta bergaya dan foto bersama anjing ia makin antusias. Kedekatan Davina pada anjing yang menjadi penghuni markas Garda Satwa Indonesia semakin mempermudah proses pemotretan. Karena antara dirinya dan anjing yang dilibatkan dalam pemotretan sudah terjalin. Siang itu pemotretan dilakukan Davina bersama anjing jenis pitbull, mini pug dan seekor anjing mix breed.
Bagaimana ceritanya Anda bisa terlibat dalam gerakan melindungi dan menyelamatkan hewan ini?
Sejak kecil saya memang sudah suka dan menyayangi anjing. Di rumah kami ada banyak anjing yang dipelihara. Kesukaan pada anjing itu terus berlanjut sampai saya dewasa. Nah saya bergabung dalam komunitas yang menyayangi hewan peliharaan seperti anjing dan kucing. Saya dan teman-teman yang concern pada hewan peliharaan itu sering melakukan aksi untuk menyelamatkan hewan peliharaan. Soalnya kami lihat sendiri banyak kasus hewan yang telantar.
Lihat juga: Davina Veronica Model Penyayang Satwa
Kemudian Anda membentuk organisasi Garda Satwa Indonesia?
Kami mememang ingin berbuat sesuatu untuk menyelamatkan hewan. Awalnya aksi yang bersifat sporadis. Karena banyak temuan hewan yang telantar perlu aksi yang yang berkelanjutan. Kami lalu membuat yayasan Garda Satwa Indonesia. Sebuah organisasi non profit untuk menyelamatkan hewan peliharaan yang telantar. Hewan-hewan ini kan tak bisa menyuarakan keluhannya, lewat organisasi ini kami ingin menyuarakkan keluhan mereka. Kami ingin memberikan perlindungan untuk mereka. Yayasan ini resmi berdiri tahun 2014 lalu.
Kasus apa saja yang sering menimpa hewan peliharaan seperti anjing dan kucing?
Yang paling sering itu penelantaran, penganiayaan dan penyiksaan. Itu yang kasus yang paling banyak kami temukan.
Seperti apa dukungan publik untuk organisasi animal welfare yang Anda dirikan ini?
Saya senang karena banyak sekali dukungan dari teman-teman banyak sekali. Ada yang membrikan bantuan finansial, memberikan bantuan makanan hewan, memberikan bantuan biaya pengobatan saat anjing di tempat penampungan membutuhkan perawatan dan pengobatan. Ada juga yang datang untuk memandikan aning atau sekadar bermain bersama anjing. Atas semua atensi dan perhatiannya kami ucapkan terima kasih. Tanpa support tersebut kami tidak bisa berjalan.
Sejauh ini apa ada support dari pemerintah dalam hal ini instansi terkait?
Sampai saat ini belum ada. Namun upaya untuk meminta dukungan sudah dilakukan. Kami sudah mengajukan permohonaan untuk audiensi dengan Pak Ahok, sebagai Gubernur DKI Jakarta. Namun mungkin persoalan hewan seperti ini belum menjadi prioritas pemerintah, akhinrya hingga sekarang kami belum diterima juga meski sudah mengajukan permohonan.
Hewan seperti apa yang bisa atau menjadi sasaran Garda Satwa Indonesia?
Sebenarnya kami ingin menolong semua hewan peliharaan yang telatar. Namun kemampuan dan kapasitas tampung selter kami terbatas.
Berapa banyak hewan yang ditampung di selter Garda Satwa Indonesia?
Di selter kami yang berlokasi di Ciledug, Tangerang, daya tampungnya sekitar 30 anjing. Saat ini memang baru anjing yang kami tampung. Berikutnya bisa hewan peliharaan kucing. Nanti kalau ada yang mengadopsi, bisa masuk lagi hewan yang baru, begitu seterusnya. Namun kalau ada persoalan emergency misalnya hewan yang tak perdaya di jalalan. Kami tidak tega dan akan melakukan pertolongan.
Antara Adopsi atau Membeli
Lewat Garda Satwa Indonesia, Davina dan para relawan memiliki tujuan agar hewan yang tadinya telantar bisa menemukan rumah yang abadi. Karena itu mereka akan senang sekali kalau ada pihak yang tertarik untuk mengadopsi. Buat mereka adopsi lebih mulia daripada membeli.
Apa syarat untuk mengadopsi hewan yang ada di tempat Anda?
Kami memang mengkampanyekan gerakan “Please Adopt, and dont buy”. Justru kami akan men-support dan senang kalau Anda atau siapa pun ingin mengadopsi hewan yang ada di selter kami. Dan tak perlu bayar untuk mengadopsi hewan di Garda Satwa Indonesia. Banyak sekali anjing-anjing di luar sana yang membutuhkan rumah abadi. Kami tak ingin seorkor anjing yang sudah kami selamatkan kemudian menemukan tempat yang tidak baik.
Baca juga: Davina Veronica: Tradisi Makan Daging Anjing Harus Dihapuskan
Apa syarat untuk seorang yang akan mengadopsi?
Kami tidak akan menyerahkan anjing ke orang yang tidak bertanggugjawab. Karena itu kami akan seleksi benar bagi orang yang akan mengadopsi. Secara administrasi dia harus mengisi formulir yang tersedia. Dari sana nanti kami bisa menentukan penilaian apakah orang tersebut layak untuk menjadi adopter atau tidak.
Jadi Anda tidak mau sembarang menerima orang yang mau mengadopsi?
Ya begitulah, karena kami ingin pastikan benar kalau anjing yang diadopsi benar-benar bisa menemukan rumah abadinya pada adopter yang baru. Kami pastikan anjing atau kucing kami memukan adopter yang tepat.
Belum lama ini ada Festival Yulin di China bagian selatan yang membantai dan mengonsumsi anjing, seperti apa Anda menyikapi hal itu?
Apa yang terjadi di Yulin itu amat keji dan kejam. Kita seperti kembali ke jaman barbar saja. Anjing dibunuh dengan cara direbus hidup-hidup atau dibunuh dengan cara tidak wajar. Mitos yang berkembang di sana semakin hewan itu menjerit kesakitan semakin nikmat dagingnya. Ini benar-benar diluar batas.
Apa aksi yang Anda lakukan?
Saya ikut menantadatangani petisi di situs www.change.org agar festival ini bisa dihentikan. Semua orang yang mencintai satwa mengecam festival Yulin. Atas nama tradisi mereka melakukan festival itu. Menurut saya tidak semua tradisi harus dilestarikan. Kalau bagus oke, kalau seperti ini apa yang perlu dilestarikan.
Bukannya di Indonesia juga ada orang yang mengonsumsi anjing?
Ya memeng betul, namun di negara kita tidak sampai ada yanga namanya festival seperti di Yulin itu. Kami juga pernah menggulirkan kampanye Dog are not food tahun lalu. Dan sampai saat ini program itu masih berlanjut. Lewat program itu kamu ingin menggugah semua orang untuk menghentikan kebiasaan mengonsumsi anjing. Di daerah tertentu memang ada kebiasaan mengonsumsi daging anjing. Itu juga menyedihkan kalau mendengar temuan teman di lapangan soal penyiksaan anjing sebelum akhirnya berakhir di meja makan.
Tak terasa 180 menit pun beralalu. Davina sudah bercerita banyak soal Garda Satwa Indonesia dan harapannya kepada publik, pemerintah untuk gerakannya menyelamatkan, melindungi satwa rumahan seperti anjing dan kucing. Ia juga ingin segala bentuk penyiksaan hewan bisa dihentikan.