Kemegahan Sang 'Raksasa' Merah di Tengah Gurun Australia

Asnida Riani diperbarui 08 Jul 2015, 20:10 WIB

Fimela.com, Jakarta Berjarak 18 kilometer dari Yulara, berdiri dengan angkuhnya sang raksaksa merah, Uluru. Gunung batu yang tingginya melebihi Eiffel Tower ini sontak menarik perhatian. Kamu bayangkan saja warna merah yang begitu kontras dengan langit biru Australia dan hijau rerumputan yang mengalasinya.

Para tahun 1873, Uluru ditemukan oleh seorang penjelajah yang menamakannya Ayers Rock, sesuai dengan nama Chief Secretary di South Australia kala itu, Sir Henry Ayers. Para peneliti percaya, gunung batu yang terlihat di Uluru merupakan puncak dari bebatuan raksaksa yang masih terkubur beberapa kilometer di bawah tanah.

Menjelajahi Uluru jadi salah satu aktivitas favorit yang bisa kamu lakukan disini. Kalau punya waktu lebih lama, sebaiknya kamu mengambil rute berjalan kaki terpanjang, yakni Uluru Base Walk. Walau panjang, namun jalurnya tergolong mudah. Bahkan, bisa dilalui dengan kursi roda.

Hal itu enggak bikin perjalannya jadi membosankan. Kamu jadi punya waktu lebih untuk mengamati kontur-kontur yang ada di gunung batu raksaksa itu. Melihat ceruk tebing yang konon digunakan suku Aborigin untuk berlindung dari cuaca ektrem dan hewan buas di masa lalu.

Uluru juga disebut-sebut bisa berubah warna sesuai waktu dan musim, tergantung efek penyaringan cahaya matahari oleh lapisan atmosfer bumi.

Sebetulnya trakking di Uluru itu terbilang mudah kok. Tapi, kamu disarankan enggak datang saat musim panas. Terik matahari akan cepat menguras energi.

Menyaksikan permainan sinar matahari saat sunrise maupun sunset jadi agenda yang enggak boleh dilewatkan. Tapi, kamu disarankan enggak mendaki puncak Uluru karena tempat ini jadi lokasi sakral bagi suku Anangu. Terlebih pemerintah Australia juga sudah mengembalikan pengelolaan Taman Nasional Uluru pada suku Anangu pada 1985. Sebagai tamu, ada baiknya menghormati kepercayaan sang tuan rumah.

Menurut kesaksian mereka yang pernah mencoba naik, jalur pendakiannya memang berbahaya. Angin kencang di puncak Uluru juga bikin hilang keseimbangan yang langsung menghantarkanmu ke dasar tebing curam. Di bagian bawah jalur pendakian memang terdapat plakat logam bertuliskan nama-nama yang meninggal karena mendaki Uluru.

Jadi, kapan kamu mau melangkahkan kaki menjelajah Uluru?

 

Baca Juga: Machu Picchu, Megahnya Peradaban Negeri di Atas Awan