Fimela.com, Jakarta Sejumlah penceramah atau pendakwah terus bermunculan, baik laki-laki maupun perempuan. Cara penyampaian mereka yang menggunakan bahasa ‘gaul’ dapat dengan mudah diterima masyarakat. Dari kalangan laki-laki di antaranya ustaz Solahuddin Mahmud atau akrab disapa Solmed, Ahmad Al-Habsyi, Yusuf Mansur, sedangkan dari kalangan perempuan ada nama Mamah Dedeh, Pipik Dian Irawati, dan [Oki Setiana Dewi](2256942 "").
Mamah Dedeh
Dedeh Rosidah atau yang akrab disapa Mamah Dede lahir di Ciamis, Jawa Barat, 5 Agustus 1951. Ia dikenal sebagai pengisi acara Mamah dan Aa yang tayang di Indosiar. Ia alumnus Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Ketika dunia dakwah lebih didominasi laki-laki, kehadiran Mamah Dedeh memberi warna tersendiri terhadap dunia dakwah di Indonesia. Gaya ceramahnya yang tak monoton dan dengan bahasa sederhana, kehadiran Mamah sangat dinantikan para penggemar setianya.
Pipik Dian Irawati
Sejak wafatnya suami tercinta, Ustaz Jefri Al-Buchori, Pipik Dian Irawati, melanjutkan dakwah yang telah dibina suaminya tersebut. Sejak itu, perempuan yang akrab disapa Umi Pipik itu, tampil dalam sejumlah kegiatan dakwah dan juga tampil membawakan acara keagaamaan yang tayang di televisi.
Kehadiran Umi Pipik dapat apresiasi tersendiri di masyarakat. Ia mampu membawakan syiar Islam dengan bahasa yang mudah dicerna para penggemarnya. Kehadiran Umi Pipik menambah daftar perempuan pendakwah yang jumlahnya hanya segelintir orang.
(Baca juga: Pipik Dian Irawati: Dakwah dan Bisnis Sama-Sama Asyik!)
Oki Setiana Dewi
Selain Pipik, ada Oki Setiana Dewi. Kehadiran ustazah Oki kian meramaikan kiprah perempuan penceramah di Indonesia. Dengan berpedoman pada Alquran dan Hadis, isi ceramah kian berbobot. Gaya bahasa Oki cukup lugas dan tegas dalam memberikan penjelasan terhadap suatu persoalan.
Oki mengenakan jilbab saat kelas dua SMA pada usia 16 tahun. Bukannya terpuruk, sebaliknya ketika ia berjilbab ia menemukan titik balik hidupnya. Ia mendapat kesempatan bermain film Ketika Cinta Bertaasbih.
Solahuddin Mahmud
Selain perempuan penceramah, ada beberapa laki-laki penceramah yang juga terkenal. Mereka Solahuddin Mahmud alias Solmed. Ia lahir di Jakarta, 19 Juli 1983. Ia meraih juara umum saat ikut lomba pidato dan ceramah nasional di Masjid Istiqlal pada 2000.
Sejak itu, ia mulai dikenal di masyarakat. Belakangan ia sering tampil di televisi mengisi acara agama, salah satunya di SCTV. Selain itu, ia juga sering diundang di acara-acara hari besar Islam (HBI) di berbagai daerah di Indonesia.
Ahmad Al-Habsyi
Sejak kecil ia sudah sudah aktif berdakwah keliling Malaysia, Singapura, dan berbagai daerah di Indonesia. Hal itu yang membuat ia dijuluki mubalig cilik. Pada bulan suci Ramadan 2005, SCTV mengundangnya untuk berduet bersama almarhum ustaz Jeefri Al-Buchori.
Penampilan pertama itu membuat masyarakat terkesan dengan penampilannya tersebut. Dari situ sejumlah stasiun TV mengontraknya untuk mengisi acara Ramadan dan rohani Islam. Jemaahnya berasal dari berbagai kalangan, mulai dari masyarakat biasa hingga selebriti.
Yusuf Mansur
Sebelum Solahuddin Mahmud dan Ahmad Al-Habsyi, Yusuf Mansur lebih dulu tampil di layar televisi. Kini, ia mengasuh Pondok Pesantren Daarul Quran, Bulak Santri, Cipondoh, Tangerang, dengan pengajian Wista Hati yang cukup populer.
Dalam banyak ceramahnya, lelaki kelahiran Jakarta, 19 Desember 1976 itu selalu menekankan pentingnya makna bersedekah. Ia memberi contoh-contoh tentang kehidupan nyata. Gaya bahasanya yang berdialek Jakarta, membuat ceramah-ceramahnya mudah dicerna hingga digemari masyarakat.