Fimela.com, Jakarta Hingga pertengahan tahun 2015, jumlah penonton film Indonesia tak ada yang menembus angka 1 juta penonton. Pencapaian ini membuat banyak pihak merasa miris. Industri film tumbuh dengan banyaknya jumlah film, tapi jumlah penonton justru turun drastis. Inikah saatnya mengatakan tidak pada film Indonesia?
Jangan langsung menuduh rasa nasionalisme penonton turun karena tak mau nonton film Indonesia. Penonton adalah konsumen. Konsumen adalah raja. Karena mereka yang mengeluarkan uang, maka merekalah yang sepenuhnya berhak memilih judul film yang akan mereka tonton.
Berbincang dengan Corporate Secretary jaringan bioskop Cinema 21, Catherine Keng, Bintang.com mencoba mengurai persoalan tersebut. Prihatin dengan situasi ini, jaringan bioskop terbesar ini menyiapkan beberapa langkah baru. Termasuk mencoba mengatakan tidak alias menolak film Indonesia untuk diiputar di layar Cinema 21. Seperti apakah detailnya?
Bagaimana Cinema 21 melihat penurunan jumlah penonton film Indonesia tahun ini?
Sedih tentunya ya melihat kenyataan jumlah penonton Indonesia yang turun drastis. Sampai pertengahan tahun hanya satu yang tembus hingga di atas 600 ribu. Yang kedua di atas 300 ribu. Selebihya sedikit penontonnya.
Apakah karena terbatasnya layar dan waktu tayang di bioskop?
Saya jamin tidak. Karena kami justru mempioritaskan film Indonesia. Film indonesia tidak harus ditarik jika penonton tidak ada. Kami tetap menayangkannya, padahal biaya operational tetap sama. Kalau film hollywood tidak laku kami bisa langsung putuskan untuk menurunkan. Lebaran pasti film Indonesia yang mendapat banyak layar. Kami berharap film Indonesia bisa menampilkan karya yang baik.
Memang ada kalanya film Hollywood mendominasi dan laris. Tidak bisa dihindari juga. Karena kembali ke kebutuhan konsumen. Film Indonesia yang kami pertahankan meskipun penonton sedikit harus kami turunkan karena di bioskop permintaan film Hollywood tinggi sehingga antrian banyak, itu juga baru kami lakukan jika ada laporan dari lapangan. Jika tidak, film Indonesia tetap kami prioritaskan.
What's On Fimela
powered by
Katakan Tidak pada Film Indonesia
Jadi apa penyebab merosotnya jumlah penonton film Indonesia?
Kami melihat produksi film menjadi sangat banyak sejak era digitalisasi. Kualitas film Indonesia tidak ada kontrol. Selama ini semua kami tampung, kami beri ruang. Biaya produksi film menjadi murah sejak digitalisasi. Sehingga orang membuat film dengan mudah.
Inilah yang membuat kuatis film turun drastis. Banyak yang membuat film tanpa mempertimbangkan kualitas. Akibatnya, banyak penonton kecewa. Mereka kan beli tiket, ada efford khusus untuk ke bioskop. Sudah keluar uang ternyata yang ditonton nggak berkualitas, mengecewakan.
Kalau sampai film indonesia mengecawakan penonton, bikin penonton kecewa gak mau ke bioskop. Penonton gak bisa didikte. Yang paling ditakutkan adalah generalisasi yang dilakukan oleh penonton. Sekali dua kali mereka kecewa nonton film Indonesia lalu membuat anggapan semua film Indonesia tidak berkualitas. Mereka ogah nonton film Indonesia lagi.
Sangat sulit untuk mendapatkan kepercayaan mereka kembali. Gelagat ini yang sekarang mulai terasa. Penonton mulai tak percaya lagi dengan film Indonesia. Yang disayangkan kemudian adalah sineas yang serius membuat film juga kena dampak generalisasi itu.
Apakah perlu sensor kualitas film juga?
Badan sensor sudah jalankan tugas dengan baik. Aturan sensor umur dan sensor adegan sudah jalan sesuai dengan tugas. Masalahnya adalah sensor kualitas yang tidak ada di kita. Masalahnya gak ada distributor film Indonesia. Kami langsung berhubungan dengan rumah produksi. Tidak ada proses seleksi.
Lalu apa yang bisa dilakukan?
Sekarang kita mulai seleksi dengan mengatakan tidak pada film Indonesia yang kurang kualitas. Kami beranikan diri untuk menolak film yang menurut kami tak layak tayang di jaringan kami. Kalau dibiarkan kasihan mereka yang membuat film dengan hati.
Seperti penjelasan diatas, penonton film Indonesia bisa trauma karena nonton film yang kurang kualitasnya. Lantas melakukan generalisasi film Indonesia itu nggak berkualitas. Padahal masih banyak sineas yang membuat film Indonesia dengan hati.
Sudah siap diprotes?
Sudah siap. Karena kami yakin pasti ada alasannya ketika kami mengatakan tidak. Kita lihat dengan cek trailernya. Karena ibaratnya pemilik toko berhak menentukan barang mana layak dijual di tokonya. Kalau dipaksa menerima semua film, penonton film Indonesia akan jenuh. Bahaya untuk film Indonesia.
Bahayanya seperti apa?
Kita sudah melihat penonton film Indonesia turun dratis sekarang. Bisa jadi kalau tidak ada tindakan sama sekali kejadian mati suri pada era 90-an bisa terulang. Dulu kejadiannya juga mirip, produksi film digenjot tapi kuliatas nggak dikontrol. Film esek-esek banyak sekali, penonton memberlakukan hukum pasar, mereka kecewa ya nggak mau nonton lagi. Jangan sampai ini terjadi.
Katakan Tidak pada Film Indonesia
Kalau perkembangan bioskop sendiri bagaimana?
Jaringan Cinema 21 terus menambah layar ke daerah-daerah baru. Dalam tahun ini sudah banyak dibuka dan buka ulang setelah renovasi. Buka baru 20 lokasi. Total 782 layar saat ini. Yang terbaru dibuka di Palembang dan Palu. Agustus akan ada tempat di Singkawang. September di Lombok.
Tahun ini cukup berarti buat Cinema 21 karena kami hadir pertama di daerah baru. Ini momentum mengukur antusiasme masyarakat. Awalnya masyarakat excited. Tapi ke depan pasti kembali ke filmnya. Kalau film bagus penonton akan datang ke bioskop.
Persaingan makin tinggi dengan banyaknya jaringan bioskop baru nih?
Pemain lain ada itu memberi persaingan sehat. Kami menyambut gembira karena persaingan itu yang diuntungkan penonton. Makin banyak pilihan, makin kreatif kami. Harapan kami akhir 2017 akan buka 1000 layar. Total layar bioskop di indonesia 1025 semua bioskop saat ini.
Menambah layar kenapa selalu di mal?
Fokus kami tetap di mal. Karena lahan tanah sudah gak memungkinkan. Kalau mencari tanah BEP akan sulit.
Tehnologi apa lagi yang ditawarkan?
Kualitas pasti ada peningkatan. Tehkologi Audio visual ditinggalkan. Dolby almos sudah 31 studio saat ini. IMAX surabaya akan dibuka di tunjungan plaza 5. Premiere kami adalah tren center. Pelayanan adalah kelebihan kami. Nanti semuanya akan jadi XXI. bioskop 21 era 90-an nanti akan direnovasi total.
Baca Juga: Warga Bekasi Bisa Nikmati Keseruan 'Furious 7' di Bioskop IMAX