Begini Ternyata Perjalanan Bedug sebelum Jadi Pengingat Puasa

Karla Farhana diperbarui 27 Jun 2015, 13:10 WIB

Fimela.com, Jakarta Bedug pada masa kini digunakan umat muslim sebagai pengingat waktu salat dan, di bulan Ramadan, juga sebagai tanda waktu berbuka puasa. Hingga digunakan umat muslim sekarang ini, bedug memiliki perjalanan yang cukup panjang. Fungsinya pun berbeda tiap zaman.

Ternyata, menurut arkeolog Universitas Negeri Malang Dwi Cahyono, bedug sudah lahir sejak zaman logam, di masa prasejarah. Wow! Pada saat itu, belum digunakan istilah bedug. Tapi nekara dan mako yang terbuat dari perunggu. Bentuknya seperti dandang. Peninggalannya banyak ditemukan di Pulau Sumatra, Jawa, Bali, Sumbawa, Roti, Leti di Laut Timor, Selayar di Sulawesi Selatan, dan Kepulauan Kei di bagian tenggara Pulau Maluku.

Jika saat itu digunakan untuk upacara keagamaan, mas kawin dan upacara minta hujan, pada masa Hindu fungsinya berubah. Dalam kitab sastra Kidung Malat, pupuh XLIX, dikatakan fungsinya sebagai alat untuk mengumpulkan penduduk desa dalam persiapan perang. Bentuknya seperti gendang dan disebut Teg-teg.

Menurut penjelajah Belanda Cornelis de Houtman dalam catatan pelayarannya, D’eeste Boek, bedug banyak ditemukan di Banten. Pada saat itu, fungsinya sebagai penanda bahaya dan waktu. Bentuknya seeprti genderang yang digantung.

Bedug juga digunakan oleh seorang Cina-Muslim, Cheng Ho, di Pulau Jawa sebagai tanda baris-berbaris pasukannya. Nah, karena adanya penyebaran agama Islam yang dilakukan walisanga, bedug ditempatkan di masjid. Digunakan sebagai ajakan umat muslim untuk melakukan salat.

 

Sampai saat ini, bedug diletakkan di masjid dan digunakan sebagai ajakan salat dan tanda untuk buka puasa. (Karla)

[Baca juga]: Begini Ternyata Asal Mula Baju Koko Masuk Islam