Fimela.com, Jakarta Sutradara Hanung Bramantyo harus memilih cerita yang akan digambarkan dalam film 'Kartini'. Agar fokus, maka Hanung memilih untuk menggambarkan kehidupan Kartini dalam masa pingitan. Apa yang membuat hal itu menarik?
"Kartini yang ingin digambarkan bagian saat Kartini mulai dipingit sampai kemudian menikah. Kartini seperti anak remaja sekarang pinter bahasa belanda, suka nulis. Kalau anak sekarang pinter bahasa inggris nulis blog. sebenarnya sama, nggak ada bedanya," ujar Hanung, Senin (1/6)di Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Senayan, Jakpus.
Perjuangan Kartini, lanjut Hanung, berbeda dengan perjuangan pahlawan wanita lainnya. Cut Nyak Dien, misalnya, bisa langsung mengangkat senjata. Tapi perjuangan Kartini, dititikberatkan pada usahanya untuk mendongkrak budaya yang membuatnya terkungkung.
Baca Juga: Hanung Bramantyo Suguhkan Film Kartini di 2016
"Yang dititik beratkan adalah bagaimana Kartini di umur 16-25. Kartini tidak bisa melakukan apa yang dia inginkan. Saat itu dia kesulitan karena dia perempuan dan Raden Ajeng," jelasnya.
Hidup sebagai bangsawan kala itu, membuat Kartini harus tunduk pada budaya. "Dia sudah digariskan menjadi Raden Ajeng yang harus menikah dengan bupati, kelas bangsawan. Tidak peduli jadi istri keberapa." jelasnya.
Takdir raden ajeng adalah bersiap menjadi istri bupati. Karena itu Kartini harus belajar untuk menjadi istri bupati. "Tapi kartini ingin menjadi diri sendiri. Inilah akhirnya dia berkonflik. Dia bahkan nggak bisa menolak pilihan siapa yang menikahinya dan akan membuatnya jadi ibu. Itu sebabnya dia disebut sebagai pahlawan karena dia benar-benar memberontak," papar Hanung. Sosok Kartini akan diperankan oleh Dian Sastrowardoyo. Film ini dijadwalkan tayang 21 April 2016.