Fimela.com, Jakarta Konsistensi dalam dunia seni perlu diapresiasi. Ketika sejumlah seniman masuk dalam panggung politik, Didi tetap di dunianya. Didi mengatakan tak berminat di dunia politik praktis, meski banyak yang meminangnya.
Bagi Didi, ia ingin berkontribusi bagi masyarakat maupun negara melalui jalur kesenian. Seni sebagai pilihan hidupnya tak tergoyahkan. Ia tetap di dunia seni dan mengajar di Institu Kesenian Jakarta (IKJ). Menurut Didi, kalau bukan dirinya, siapa lagi yang akan bertahan dalam dunia keaktoran.
(Baca juga: Didi Petet Pribadi yang Sederhana dan Suka Menolong)
Meski demikian, Didi tak mengecilkan seniman maupun artis yang terjun ke dunia politik. Asalkan mereka memiliki kemampuan dalam bidang tersebut. Menurut Didi, setiap warga negara berhak untuk masuk dalam dunia politik.
Didi lebih senang di IKJ dan dunia seni peran. Di IKJ, Didi dikenal sebagai dosen yang baik hati dan senang berdiskusi mengenai dunia seni peran dengan juniornya. Hubungan Didi dengan mahasiswanya seperti ayah dengan anak. Hubungan mereka sangat dekat. Hal itu yang membuat ia sangat dicintai mahasiswanya.
(Baca juga: Ilham Bintang: Didi Petet Harumkan Bangsa hingga Akhir Hayat )
Meninggalnya , Jumat pekan lalu membuat mahasiswa dan dosen IKJ turut berduka. Begitu pula teman seprofesinya. Didi Petet menghembuskan nafas terakhir pada Jumat pekan lalu. Jenazah almarhum dimakamkan di TPU Tanah Kusir.
Sekadar mengingatkan, Didi Petet bernama asli Didi Widiatomo. Ia lahir di Surabaya, 12 Juli 1956. Ketertarikan Didi Petet akan dunia akting sudah terlihat saat ia duduk di bangku SMA. Perkenalannya dengan seniman Harry Rusli membuka jalannya untuk bermain di panggung teater.