Keterlibatan Sultan Pemberi Sabda Raja Yogyakarta dalam Reformasi

Sherly Iskandar diperbarui 11 Mei 2015, 12:00 WIB

Fimela.com, Jakarta Sultan Hamengku Bawono X dikenal sebagai sosok yang dekat dengan rakyatnya. Dalam sebuah kesempatan, Sultan yang beberapa minggu lalu mengeluarkan sabda di Yogyakarta ini pernah mengatakan kalau keberpihakan pada rakyat harus tetap dilakukan sebagai suatu panggilan.

Salah satu buktinya adalah pada 14 Mei 1998. Ketika gelombang demonstrasi mahasiswa semakin membesar, Sultan mengatakan kalau dia siap turun ke jalan. Dan itu tidak hanya perkataan semata, dia benar-benar tampil dan berpidato di berbagai tempat menyuarakan pembelaan pada rakyat. Dalam salah satu pidatonya, beliau berpesan kalau Yogya harus menjadi pelopor gerakan reformasi secara damai dan tanpa kekerasan.

Aksi turun ke jalan yang dilakukan Sultan pada waktu itu bukan tanpa alasan. Dia bilang kalau hal tersebut adalah kewajibannya untuk mengingatkan pemimpin yang tidak benar.

Sebelum turun ke jalan, Sultan diketahui sempat berpuasa sejak 19 April sampai 19 Mei 1998. Di hari terakhir berpuasa, dia bersama Sri Paku Alam VIII tampil menyuarakan ‘Maklumat Yogyakarta’ yang mendukung gerakan reformasi total dan damai.

Berkat Sultan pula, aparat keamanan akhirnya berani melepas mahasiswa ke alun-alun utara untuk mendengarkan maklumat tersebut. Padahal sebelumnya hampir setiap hari mahasiswa bersitegang melawan aparat keamanan untuk keluar dari kampus.

Peristiwa itu terjadi pada 20 Mei 1998. Di pagi hari yang cerah pada peringatan Kebangkitan Nasional 1998 itu, mahasiswa berbaris dengan tertib sambil menyuarakan ‘mantra’ sakti reformasi menuju Alun-alun Utara. Maklumat yang akan mereka dengarkan saat itu adalah pernyataan politik Sultan.

Hingga mengeluarkan Sabda RajaSultan Hamengku Bawono X masih tetap menjadi tokoh yang selalu diperhitungkan di dunia politik. Kedekatannya pada rakyat juga masih membuatnya dicintai oleh masyarakat Yogyakarta.

 

Baca juga: 4 Fakta Sri Sultan Hamengkubuwono X yang Membuat Sabda Raja