Fimela.com, Jakarta Pasca dikeluarkannya Sabda Raja Yogyakarta, provinsi istimewa itu semakin memanas. Gonjang-ganjing tak terbendung. Hampir sebagian orang mengatakan titah itu tidak rasional padahal Sri Sultan Hamengku Bawono X selalu mengajak rakyatnya untuk berlogika.
Seperti dilansir dari berbagai sumber, para pengamat sosial di Yogyakarta mengaku terheran-heran dengan sikap raja sebab jauh hari sebelumnya, Sri Sultan HB X meminta masyarakat untuk rasional.
Salah satunya Sosiolog UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Fajar Hatma Indra Jaya. Dia berujar, saat Merapi meletus, misalnya. Beberapa waktu sebelum memuntahkan lahar, asap gunung itu terlihat seperti tangan yang memberikan persembahan.
Ada pula peristiwa juru kunci Merapi, Mbah Maridjan percaya, gunung itu akan menjaganya seperti dia menjaga dan menyayangi sang gunung. Namun Mbah Maridjan meninggal diterjang awan panas. Peristiwa 2010 ini membuat Sri Sultan HB X menghimbau warga agar lebih percaya teknologi ketimbang suatu hal yang mistis.
Namun kenyataannya kini Sri Sultan HB X malah mengatakan Sabda Raja Yogyakarta itu sebagai wahyu Tuhan dan leluhur. Lalu dimana letak rasional dari sabda itu? Ternyata Sri Sultan HB X pun juga mempercayai sesuatu yang irasional.
Dan, sesuatu yang irasional masih banyak diterima warga di sana sebab kota istimewa itu kental dengan budaya Keraton yang serba mistis.
Sri Sultan Hamengku Bawono X menyerahkan maksud sabda raja Yogyakarta kepada masing-masing warga. Namun dia menegaskan agar memahami sabda ini dengan hati agar ketemu maknanya.