Fimela.com, Jakarta "Kalau pasang tarif atau komersil, jangan lah. Karena semuanya harus didekati, karena ini tujuannya agama," ujar Iwel Sastra. Ustaz memang berhak mendapatkan sesuatu atas kajian-kajian agama yang disampaikan dan para ustaz tersebut memiliki keperluan sebagaimana layaknya masyarakat pada umumnya. Namun, tidak selayaknya mereka mencekik umat dengan mematok bayaran setinggi langit.
Sekarang ini profesi sebagai seorang ustaz begitu menggiurkan, dengan banyaknya demand masyarakat akan ilmu agama membuatnya menjadi ladang basah tersendiri. Tak sedikit para ustaz yang masih memegang teguh profesinya, murni untuk mengajarkan agama kepada masyarakat.
Namun, banyak pula yang justru memprioritaskan sisi duniawi para ustaz tersebut cenderung komersil, hanya mau memberikan ceramah agama jika harganya seperti yang ditarifkan. Kabar menyebutkan, tarif para ustaz yang sering wara wiri di televisi bisa mencapai puluhan juta rupiah, sekali tampil.
"Sangat disayangkan ya. Artinya gini, menjadi seorang ustaz dan menyiarkan agama, dijadikan profesi dan ini sebagai syiar. Ada yang full time jadi ustadz. Ada bisa juga disambi dengan jualan atau bisnis," ujar Iwel Sastra di preskon program Dompet Dhuafa-Dari Dhuafa Menjadi Berdaya, Cafe Demang, Sarinah, Jakarta Pusat (16/4).
"Umat pun harus toleransi. Saat manggil ya dikasih karena mereka tinggalkan istri dan anak. Kalau tv ada iklannya banyak, ya wajar. Jangan juga harus komersil. Jangan cuma mau tampil di tv besar, begitu tv kecil enggak mau," ucap Iwel Sastra.