Fimela.com, Jakarta Nama sudah dikenal sebagai salah seorang sutradara ternama di Indonesia. selain itu, ia juga berprofesi sebagai penulis skenario dan produser. Film-film yang pernah disutradarai Joko Anwar diantaranya, Janji Joni, Kala, Pintu Terlarang dan Modus Anomali.
Joko juga pernah menjadi penulis untuk film Arisan!, Jakarta Undercover dan Quickie Express. Selain itu, Joko juga rajin tampil di berbagai film termasuk yang disutradarainya sendiri meskipun hanya peran kecil. Nah, bagaimana kalau seorang Joko Anwar menjadi pemeran utama di sebuah film dan diarahkan oleh sutradara lain? Jawabannya bisa kita temui di film Melancholy Is A Movement yang dibesut oleh Richard Oh dan akan rilis pada 3 April ini.
Seperti apa filmnya dan apa peran Joko Anwar di film tersebut? Bagaimana juga pendapat Joko Anwar mengenai kondisi perfilman Indonesia saat ini dan apa kontribusi Presiden Joko Widodo di bidang film? Simak wawancara eksklusif Bintang.com dengan Joko Anwar berikut ini.
Bisa ceritakan tentang peran Anda dalam film "Melancholy Is a Movement"?
Dalam film ini saya berperan sebagai pemain utama. Film ini sudah lama direncanakan tapi baru bisa terlaksana di tahun kemarin dan tayang di tahun ini. Semua yang terlibat di film ini sudah seperti keluarga karena sudah melalui banyak hal bersama. Peran saya juga sebagai Joko Anwar tapi karakternya beda dengan karakter asli saya. Di film ini karakter saya juga seorang sutradara tapi sedang menghadapi dilema dan mengalami masalah dengan kreatifitasnya.
Bagaimana rasanya jadi aktor utama dalam sebuah film?
Kalo film ini sudah yang ke-12 kali saya bermain. Sebelumnya saya memang sudah pernah sering bermain tapi hanya peran-peran kecil saja. Baru di film ini saya jadi aktor utama. Pada awalnya saya merasa tidak percaya ketika Om Richard menawarkan saya jadi pemeran utamanya. Tapi setelah banyak diskusi akhirnya saya memutuskan bergabung karena Om Richard bisa meyakinkan saya kalau cuma saya yang paling cocok jadi pemain utama. Karena tokoh yang saya mainkan ini sifatnya lebih fragile, saya harus menaikkan berat badan saya sampai 20 kilo. Setelah syuting saya berusaha keras buat menurunkan berat badan, ya sekarang sudah lumayan turun.
Proses syutingnya berapa lama?
Syutingnya di awal tahun lalu. Prosesnya nggak sampai sebulan bahkan cuma dalam hitungan minggu. Tapi persiapannya memang sudah cukup lama. Dan setelah selesai syuting, proses pasca produksinya juga cukup lama makanya baru bisa tayang di tahun ini.
Ada kesulitan selama proses syuting?
Kesulitan rasanya tidak ada, kami merasa tidak seperti bikin film tapi seperti masuk dalam suatu realitas yang diciptakan oleh Om Richard sehingga menjadi sebuah karakter. Tapi Om Richard menginginkan konsep film yang ada aksi-reaksi antar pemain, sehingga dilapangan banyak spontanitas yang terjadi. Nama-nama yang digunakan memang nama asli semua tapi yang ditampilkan di dalam tidak semuanya karakter asli kita. Ada yang sama dan ada juga yang bukan karakter asli kita. Tapi kita tidak mau mengungkapkannya, biar penonton sendiri yang nanti menebaknya.
Garis besar dari film ini bagaimana?
Bisa dibilang ini film satir. Film ini menggambarkan tentang kondisi perfilman Indonesia saat ini, dimana mereka berusaha untuk berkarya sesuai yang mereka inginkan. Tapi komitmen dan kesetiaan mereka biasanya dihadapkan dengan permasalahan kehidupan pada umumnya. Saat menghadapi situasi itu, mereka harus memilih antara tetap memegang komitmen mereka atau mengalah pada keinginan pasar.
Ada beban tidak bermain dalam film ini?
Beban sih tidak, saya berusaha bermain wajar saja tidak memikirkan hal yang aneh-aneh. Syutingnya keliatannya memang gampang tapi cukup sulit karena itu tadi, kita harus banyak berimprovisasi. Apalagi saya harus menggemukkan badan jadi makin susah geraknya, hahaha.
Bagaimana keterkaitan antara karakter Joko di film dengan sehari-hari?
Apapun profesinya setiap hari kita selalu dihadapkan dengan masalah-masalah kehidupan. Kadang kita dihadapkan pada pilihan seperti ini, kita melaksanakan sesuatu yang memberikan keuntungan kepada kita dalam jangka waktu pendek tetapi akan sangat berdampak pada jangka panjang. Dilema seperti ini sering dihadapi oleh para sineas termasuk saya. Tapi bedanya Joko di film ini orangnya rapuh dan pendiam, padahal saya aslinya banyak ngomong.
Film ini tentang kondisi dunia perfilman, apakah Anda yakin film ini akan disukai penonton?
Temanya memang seputar dunia perfilman dan tingkah laku orang-orang film. Tapi permasalahan yang mereka hadapi sebenarnya juga dihadapi mereka yang berkiprah di bidang lain. Masalah kebuntuan kreatifitas juga dialami banyak pekerja dan seniman atau siapa saja. Jadi saya rasa film ini akan related dengan penonton meskipun mereka bukan orang film.
Jika film ini sukses, dan Joko Anwar ditawari untuk main film lagi apakah akan diambil atau tidak?
Sebelum menjadi sutradara saya juga sudah bermain film walaupun dengan peran-peran kecil. Pada dasarnya saya menyukai akting dan director juga. Jadi ya saya jalani dua-duanya saja, sebagai aktor maupun sutradara.
What's On Fimela
powered by
1
Menurut Anda, bagaimana kondisi perfilman Indonesia sekarang?
Kondisi perfilman Indonesia sebenarnya sudah agak membaik. Tapi masih masalah yang harus diatasi. Seperti kurangnya pusat pelatihan-pelatihan untuk menciptakan SDM yang berbakat. Jika kita mempunyai banyak SDM yang berbakat, maka masalah-masalah tersebut akan terurai.
Sudah muncul belum sineas muda yang profesional sekarang ini?
Saya rasa sudah cukup banyak. Ini terbukti dengan banyaknya kompetisi film yang diadakan di Indonesia seperti XXI Film Competion, mereka banyak yang bagus-bagus juga. Semakin banyak sineas muda bermunculan akan semakin bagus masa depan perfilman kita.
Idealnya, apakah sineas atau filmmaker harus mengikuti sekolah terlebih dahulu atau tidak?
Seorang movie maker harus mempunyai basic. Karena tekhnik adalah seperti cawan yang penting untuk dimiliki. Kalau saya memang belajar dengan melihat dan terjun langsung ke bidang film. Saya merasa beruntung bisa belajar pada mereka yang ahli di bidangnya. Tapi kan tidak semua sineas bisa seperti itu. Pendidikan formal menurut saya tetap penting, apalagi dalam hal teknis dan teknologi. Sekarang ini sudah mulai muncul sekolah-sekolah film dan itu hal yang positif.
Peran pemerintah seperti apa sekarang ini?
Saya pikir sudah cukup bagus. Pemerintah sudah menjalankan perannya, terbukti, dengan banyaknya ajang-ajang penghargaan film seperti AFI dan FFI. Tapi sayangnya penempatan SDM nya masih banyak yang kurang tepat. Seperti sistem penjurian di festival film yang kurang jelas dan itu sebuah kemunduran, karena merusak apresiasi manusia dalam film. Jadi lebih pada penempatan orang-orang yang tepat di bidang yang tepat.
Apakah Joko Anwar termasuk pendukung Jokowi? Bagaimana kontribusi beliau terhadap dunia perfilman Indonesia?
Iya, saya memang pendukung Jokowi di Pilpres kemarin. Menurut saya, sebenernya banyak pencapaian yang telah dicapai oleh Jokowi tetapi beliau tidak memiliki public relation yang cukup baik sehingga tidak banyak yang tahu langkah-langkah apa yang sudah dibuatnya. Komitmen beliau terhadap perfilman Indonesia cukup besar. Buktinya dengan pendirian Badan Ekonomi Kreatif yang diketuai Triawan Munaf. Mudah-mudahan bisa mendorong industri perfilman kita lebih kreatif lagi.
Bagaimana dengan telah berkurangnya film-film horor yang kurang bermutu?
Ya karena penontonnya sudah jenuh. Sebenarnya, ketika sudah tidak ada penonton maka film-film seperti itu tidak akan berproduksi kembali. Belakangan ini film-film bertema horor sudah mulai berubah dan digarap dengan lebih serius. Itu hal yang positif apalagi saya termasuk penyuka film horor.
Bagaimana dengan film yang diadaptasi dari novel?
Sebenarnya fenomena film seperti ini tidak hanya terjadi di Indonesia tapi di Hollywood dan negara-negara lainnya. Menurut saya tidak ada masalah karena tema cerita film kita bisa lebih beragam. Tapi media buku dan film tentu beda jadi tetap harus digarap dengan baik.
Anda cukup aktif di tahun ini, proyek apa lagi yang akan dikerjakan seorang baik sebagai sutradara maupun pemain?
Ya lumayan banyak lah haha. Ada film A Copy of Mind yang sedang saya kerjakan. Ini genrenya drama dan akan tayang di tahun ini juga. Lalu ada beberapa proyek yang belum bisa saya bocorkan di sini. Sebagai pemain juga ada tawaran lagi, tapi masih rahasia juga hahaha.
Trailer Melancholy Is A Movement